Skip to main content

Catatan Kuliah (Kami): 6

When the author went to Universitas Mercu Buana, July 2017

6
Are they?

Piyo's side


Dari yang aku tahu, Skan sama sekali tidak tertarik dengan Anya. Nol. Nihil. Tapi... akhir-akhir ini aku sering memergoki mereka sedang berbicara berdua. Singkat, sih, tapi kali ini ada topik yang dibicarakan keduanya. Nggak melulu tentang tugas dan materi kuliah. Skan sendiri selalu menyangkal jika aku bertanya kepadanya langsung. Kalau Anya sih, nggak usah ditanya. Dia sepertinya senang-senang saja jika ternyata Skan memang mendekatinya, tapi juga tidak keberatan kalau Skan hanya menganggapnya teman. Yang kutahu pasti sih, Anya memang menyukai Skan tanpa perlu dia bercerita langsung kepadaku.


Ya, cinta itu kadang bodoh. Buat apa wanita seperti dia mencintai laki-laki seperti Skan? Bukan maksudku untuk menjelekkan Skan, tapi kurasa Anya berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Kurasa setiap orang mau untuk mencintai dan dicintai, kan? Tetapi... Anya tidak dicintai. Hanya gadis itu yang memendam rasa ke Skan, dan bodohnya... dia bertahan dengan perasaannya.

"Hei, lihat Anya?" Tanya Kikan yang berjalan menghampiriku.

"Tuh, barusan jalan bareng Skan ke kantin," jawabku seraya menunjuk ke arah mereka berlalu.

Kikan berdecak lalu geleng-geleng kepala. "Mereka berdua terus, sih. Gue kadang merasa dilupakan," protesnya lebih kepada dirinya sendiri.

"Mau tanya, dong," sahutku seraya bersandar pada salah satu loker yang berada di lorong. Kikan menatapku penasaran. "Anya... benaran suka sama Skan, kan?"

Kikan balas menatapku. Matanya masih berkilat sebal karena ditinggal. "Menurut lo?" Balasnya bertanya. "Para dosen juga sudah tahu sepertinya."

Aku tertawa mendengar jawaban yang dilontarkan Kikan. Dia benar. Tanpa perlu bercerita pun semuanya sudah terlihat jelas di pancaran wajah Anya. "Kan, bener! Mengapa sih, bisa suka sama Skan? Tolong kasih tahu Anya, dia itu bisa bahagia sama yang lain. Masih muda masa terpaku sama satu laki-laki, sih. Duh, gemes deh sama itu perempuan! Matanya itu, lho, kalau lihat Skan sudah seakan-akan dia adalah pusat dunianya." kataku panjang lebar.

"Lo mau gantiin posisi Skan, ya?" Tanya Kikan blak-blakan dengan tatapan menyelidik lalu tersenyum jenaka.

"Ih, nggak!" Sahutku buru-buru. "Enak saja, gini-gini gue sudah punya pacar!"

"Nggak mungkin. Seorang Piyo punya pacar?" Tanyanya tertawa lalu menatapku dari atas sampai bawah. Celana jins sobek, kaos abu-abu yang belum disetrika, dan rambut yang sudah setengah gondrong adalah pemandangan yang dilihatnya.

"Jangan meremehkan pesona gue, dong," balasku. "Lo iri sama gue? Atau mau sama gue?"

Kali ini Kikan terbahak. "Enak saja! Gue sudah punya pacar, tahu!" Katanya sebal.

"Nggak ada foto berarti hoax," balasku lagi.

"Lah, ini!" Seru Kikan lalu menunjukkan wallpaper ponselnya. Terlihat dia dan seorang pria berpose dengan imut di depan kamera.

Aku malah terbahak. "Astaga, ternyata benar! Gue kira bohong," kataku masih dengan nada mengejek.

"Gue sudah kenal sama dia seumur hidup gue," kata Kikan dengan wajah yang sedikit tersipu. "Satu lingkungan tempat tinggal, satu TK, satu SD, satu SMP, beda SMA, beda kuliah. Tapi jarak nggak akan memisahkan."

Aku memutar bola mata. Cinta benar-benar membutakan. "Berlebihan, nggak bagus seperti itu. Belum tentu dia jodoh, kan. Lebih baik seperti gue, dibawa santai tapi serius."

"Lo serius punya pacar?" Tanya Kikan tidak percaya, aku mengangguk. "Nggak ada foto berarti hoax," balasnya.

Aku tersenyum lalu mengeluarkan ponselku. "Ini pacar gue," kataku seraya membuka profile picture dari salah satu sosial mediaku.

Kikan mengernyitkan matanya begitu melihat wajah wanita yang terpampang jelas sebelum akhirnya tertawa terbahak lalu geleng-geleng kepala. "Tau, ah! Mau ikut ke kantin nyusul mereka, nggak?" Katanya di sela-sela tawa.

Aku bingung dan menatap layar ponselku. Apa ada yang salah dengan wajah Angelina Jolie?

***

Dari kejauhan aku dapat melihat Skan dan Anya sedang duduk menyantap bakso. Masing-masing diam, fokus pada makanannya masing-masing. Well, bakso Bang Mamat memang bisa membuat gagal fokus ke hal lain, sih.

Kikan menyikutku agar aku melihat ke arah mereka berdua juga. "Ayo, ganggu mereka."

"Ayo," sahutku. "Lo dukung mereka bareng apa nggak?" Tanyaku iseng.

Kikan angkat bahu. "Yang terbaik untuk mereka berdua, sih. Kalau mereka pas bareng-bareng nggak bahagia, ya, nggak mendukung. Vice versa," jawabnya. "Kalo lo?"

Aku langsung menggelengkan kepalaku kencang-kencang. "Nggak setuju. Mereka itu nggak akan pernah bahagia kalau bareng."

"Lo tuh... sewot banget, sih," katanya seraya melirikku.

"Lho, memang benar. Gue senang memperhatikan orang, Kan. Berani bertaruh mereka itu nggak ditakdirkan bersama," kataku. Sedikit sok tahu. Menanggapinya, Kikan hanya manggut-manggut acuh tak acuh.

Kami berdua tiba di hadapan mereka. Kompak, mereka menoleh ke arah kami. Keduanya sama-sama berkeringat, wajah merah merona, menahan pedas, dan dapat terlihat kuah bakso keduanya merah pekat. Anya melambaikan tangannya singkat sebelum mempersilakan kami untuk duduk bergabung.

"Kalian ngapain, sih?" Tanya Kikan yang langsung menempatkan diri di sebelah Anya.

"Taruhan makan bakso dengan level kuah yang pedas..." jawab Skan.

".... dan nggak boleh minum sampai selesai," sela Anya.

"Terus pemenangnya?" Tanyaku, gantian.

"Traktir makan untuk dua hari ke depan," kata Anya singkat.

Aku geleng-geleng kepala melihat keduanya. Aneh, benar-benar aneh.

***

"Lo sebenarnya 'bagaimana', sih, ke Kikan?" Tanyaku di parkiran saat kami hendak pulang pada malam harinya. Aku dan Skan pulang agak larut daripada biasanya karena kami dikejar deadline tugas yang harus dikumpulkan besok pagi.

"Nggak 'bagaimana' atau 'apa', kok," jawab Skan enteng.

"Lho, apanya yang nggak 'bagaimana'? Jelas terlihat ada 'apa' gitu," kataku.

Skan angkat bahu. "Memangnya ada apa, sih?"

"Gue ingetin aja ya, bro. Jangan bersikap berlebihan kalau nggak mau Anya semakin luluh sama lo. Dia juga berhak bahagia, jadi... walaupun katanya kita, pria, termasuk bejat.... well, jangan bejat banget di depan Anya. Kasihan, nggak tega. Sepertinya dia itu lugu banget soal perasaan," kataku.

Mendengar itu, Skan hanya mengangguk.

***

Comments

Popular posts from this blog

M-E-R-E-K-A

Gue merasa jauh lebih dewasa sekarang. Lebih bisa untuk menerima segala macam kritikan dan saran. Lebih bisa untuk menenangkan diri dalam keadaan terpuruk. Lebih bisa membangun dinding terhadap orang-orang yang seharusnya diberi jarak untuk menjauhi kehidupan privasi. One thing for sure, I don't think what they said, as long as it's fake. Gue nggak peduliin mereka yang bilang A, B, sampai Z. Toh, sekarang gue dikelilingi oleh orang-orang yang memang selalu ada buat gue. Rela jadi tong sampah cerita gue, masih mau ngatain "bego" kalau gue salah ambil langkah, berani ngomong "anjing" di depan muka gue, meluk gue disaat rasanya semua orang meninggalkan gue, tertawa bareng, jalan loncat-loncat like we're 10, nyanyi di lorong sekolah kenceng-kenceng, selalu bilang "Nit, lupain aja daripada kebawa pikiran," dan selalu bilang kalau ada apa-apa. Mereka selalu menenangkan gue. Gue sayang mereka. Nggak pake koma, cuma titik. Mungkin suatu hari nanti k...

The Code of a Girl

I know my birthday is in December, but I cannot wait to be 17! I think it'll be the same like being 16. Idk. By the way~ Let's start the 'pengkodean' buat Kakak, Ade, Mas, Mba, Om, Tante, Mama, dan Papa :) 1. I love red. 2. Looking for the series of The Mysterious Benedict Society, the best book I've read. 3. Totally in LOVE with Hello Kitty. It'll be more precious if it's from sanrio. 4. Demi Lovato is my muse. 5. I love Frank Sinatra, Audrey Hepburn. 6. Dog is the best animal ever. 7. Maybe charm bracelet will be cute. 8. A pair of DocMart :p 9. Ma, Mba, when will you give me a guitar? And I'll do something... mau berbagi ke mereka yang ngga mampu. Kalau ternyata pas ultah ada yang tercapai kadonya, ya alhamdulillah. Kalau engga, no I'm not maksa. Insya Allah tabungan kekumpul untuk menjalankan niat gue. Gue juga mengharapkan bantuan dari kalian untuk ngerayain ultah dg melakukan kegiatan ini. I hope... bisa potong kue bersama mereka ...

Deadly Alive

There is nothing worse than being lived without soul; trying to breathe but there is no oxygen; feeling sad but do not have any heart; nor lost the most precious inspiration. Deadly alive. It is how I live right now. Making myself to keep busy inside and outside that becomes a habbit right now. To forget the personal problems for awhile. Well, actually trying my best to avoid the emptiness and perhaps... it is more like to run away from anyone and anything. Do not want to be involved in a subjective cycle, because making a high expectation is like commiting a suicide. Being objective means there is no personal feeling attached. Everything is fair and clear. Yup, I am deadly alive.

SIsterhood Last Forever

Let me be honest.... Ini adalah pertama kalinya gue ngebuat blog. I used to write down everything and express what I feel with a piece of paper, and draw. Yeah, draw. Semua gambar buatan gue menceritakan sebuah kisah (sebenernya sih lebih banyak hasil design baju), but IT SPEAKS WHAT I FEEL.  Hmm... As you can see, nama gue adalah NIS. Gue adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang isinya cewe semua. Kakak-kakak gue beda jauuuuuuuuuh banget sama gue. Yang pertama namanya Ayu Indra Pratista atau yang dipanggil Mba Tita ini jaraknya 15th lebih tua daripada gue, terus yang kedua namanya Gandes Indra Presentia atau yang dipanggil Mba Andes ini jaraknya 13th lebih tua daripada gue. Mba Tita itu alumni SMAN 6 Jakarta, Mba Andes alumni SMAN 70 Jakarta (Maybe anak 70 mengenal angkatan Mba Andes dengan sebutan Batalyon dan Crayon). Perbadaan yang jauh antara gue-Mba Tita-Mba Andes nggak buat kita semua jadi nggak kompak. Justru.... We're ONE. Mba Tita berperan sebagai sulu...

Finger Crossed.

Hari ini tanggal 01 Maret 2013.. Impian dari masa kecil gue semoga akhirnya bisa terwujud. Seleksi AFS keberangkatan tahun 2014 dimulai. Kita udah bisa mulai registrasi. Pendaftarannya dimulai dari hari ini atau besok s/d 14 April 2013 kalo ngga salah. And I have to get my Surat Keterangan Sekolah as soon as possible. Wish me luck!! :(