Skip to main content

Renungan di Minggu Kelabu

Saya takut untuk menghadapinya, tapi saya tidak bisa berlari untuk kabur. Bukan tidak bisa sebenarnya, tetapi tidak boleh. Selama bertahun-tahun saya terus berlari tanpa tujuan, mencari kedamaian, namun seiring saya berlari semakin kedamaian itu berlari menjauhi saya.

Saya seharusnya bersyukur karena hidup saya dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dan sayang terhadap saya. Namun, mengapa saya masih merindukan rasa sayang jauh di lubuk hati?

Selama ini saya yakin jika tempaan ini diibaratkan batu kasar yang sedang dipoles agar menjadi berlian yang indah nantinya. Sakit!!! Sering sekali saya merintih kesakitan akibat polesan itu, dan beberapa kali saya berusaha kabur agar tidak dipoles. Pantas saja, berlian itu tak kunjung terlihat. Iya, saya yakin nantinya saya akan menjadi berlian... Suatu hari nanti. Entah kapan.

Dia mengatakan saya tidak seharusnya terus berlari seperti sekarang. Saya harus bertahan di tengah rintihan akibat polesan, apapun yang terjadi. Dia mengatakan saya hanya perlu menemukan diri saya sendiri dan potensi yang ada di dalamnya. Dia tahu saya berpotensi, namun ironisnya saya ragu akan potensi saya sendiri.

Karena dia dan beberapa orang lainnya, saya kembali menemukan sebuah kekuatan. Diibaratkan meja yang sudah kembali tegak akibat ditopang oleh kakinya, kini saya belajar untuk bisa kembali tegar.

Namun ironisnya,
Di saat saya  kembali bisa menyusun bagian-bagian diri yang terpisah saya kembali mendengar beberapa kalimat sederhana yang mampu menggoyahkan meja tersebut.

"Saya bertanya-tanya, buat apa sebenarnya kamu dilahirkan?"

"Manusia macam apa kamu? Sepertinya memang kamu tidak pantas untuk dilahirkan."

"Kalaupun kamu adalah manusia, kamu akan merasakan kasih sayang. Tapi bahkan dari pancaran matamu aku tahu bahwa hatimu dingin."

Itu hanya segelintir kecil yang diucapkan dia yang lain. Dia yang sebenarnya adalah pusat dunia, namun dia juga lah yang berperan sebagai lubang hitam bagi saya.

Apakah ini yang namanya proses pendewasaan sehingga semuanya terasa serba salah?

Comments

Popular posts from this blog

Self Reflection

I haven't wrote anything. But will try to write... again. 4 tahun yang lalu, gue menuliskan tentang masa-masa menjadi maba  (mahasiswa baru) yang baru saja selesai melaksanakan PKKMB. Hari ini, beberapa teman angkatan 2015 sudah melaksanakan wisuda. Gue belum, semoga tahun depan mendapatkan giliran. Aamiin... Btw , entah mengapa pukul segini memang enak untuk menjadi sendu. Bukan sendu dalam konotasi negatif, tetapi cenderung ke arah positif. Tiba-tiba, jadi mengenang apa saja yang terjadi selama 4 tahun belakangan ini. Masa-masa di mana gue melepas seragam putih-abu, dan menggantinya dengan pakaian bebas. Malam ini menjadi sebuah renungan terhadap diri sendiri, atas apa yang telah dicapai, kesalahan, kebahagiaan, pertemanan, dan lain sebagainya. Katanya, kuliah adalah masa terakhir sebelum menghadapi dunia nyata. Katanya, semakin kita dewasa, kita cenderung menjadi realistis... mematikan cita-cita di dalam diri. Mematikan jiwa anak-anak yang ada di dalam hati. ...

Sarkas

Mungkin memang saya yang terlalu baik, saya yang bodoh, saya yang terlalu naif, dan saya yang selalu berpikir optimis. Semua ucapan orang yang memperingatkan agar selalu hati-hati... Saya abaikan. Saya mau tidak mau menerima semua resiko walaupun kini saya tahu rasanya. Dunia itu kejam dan saya seharusnya tahu. Saya seharusnya mendengar setiap rambu yang ditujukan kepada saya. Rasanya? Marah. Sedih. Merasa bodoh. Semua menjadi satu. Saya kini tahu seperti apa diri anda yang sesungguhnya. Anda.... bukan hanya seorang, tapi kumpulan orang yang sejenis. Hah, ternyata, wajah kalian pun bukan hanya dua. Namun terbagi menjadi seratus. Kalian dengan eloknya berganti wajah pada setiap orang. Ternyata, mulut manis kalian tidak semanis yang selama ini saya dengar. Mulut kalian memang manis di depan saya, tapi pahit di belakang saya. Ternyata, kalian bahkan kejam antar sesama kalian. Sangat tidak manusiawi. Lalu, Apakah saya masih pantas menyebut kalian manusia? Kalian senang menyerang ora...

Pancasila, Nasionalisme, dan Eyangkung

Mungkin Eyangkung (Eyang Kakung, Kakek dalam bahasa Jawa) benci disebut-sebut sebagai pahlawan. Tapi, memang kenyataannya begitu. Tidak akan ada Indonesia tanpa Eyangkung dan para pahlawan yang lain. Eyangkung saya bernama Eyang Toegijo Kartosandjojo, beliau lahir di Solo pada 17 Agustus 1919. Eyangkung bersekolah di Neutrale H. I. S Solo dan beliau berprestasi di sekolahnya. Karena prestasi itulah beliau dibebaskan dari les persiapab masuk M. U. L. O. dan pada akhirnya beliau berhasil masuk tanpa melalui tes ujian masuk. Sebagai cucu kesekian, saya sangat bangga mempunyai sosok Eyangkung. Karena beliau, saya selalu bersumpah akan membawa nama baik keluarga. Saya nggak mau menjelekkan nama baik keluarga besar, saya nggak mau dibilang, "cucu pahlawan kok seperti itu?" (Walaupun saya ini memang tergolong bandel sih, cuma bandelnya masih sebatas wajar). Walaupun beliau wafat setahun sebelum saya lahir, banyak cerita yang sudah saya dengar maupun foto-foto beliau yang saya l...

Circle of Life

I was born & raised with Disney's stories, so I grew up into a dreamy young lady. This night, this old song made by the BEST musician IS REALLY HYPNOTIZED me. *** Circle of Life (OST. The Lion King) From the day we arrive on the planet And, blinking, step into the sun There's more to see than can ever be seen More to do than can ever be done There's far too much to take in here More to find than can ever be found But the sun rolling high Through the sapphire sky Keeps great and small on the endless round It's the circle of life And it moves us all Through despair and hope Through faith and love Till we find our place On the path unwinding In the circle The circle of life It's the circle of life And it moves us all Through despair and hope Through faith and love Till we find our place On the path unwinding In the circle The circle of life

Catching Up!

It's 2022 now. This blog somehow becomes the witness of my growth. I started this blog back in 2012, thus.. I'm already on blogger for 10 years. This blog lasts longer than my relationship, ever! 10 years have passed.. I was 15 yo, and now I'll be turning 25 this December. what do I do now? Am I the same old Nita? Am I better? Do I become stranger to some people? The answer is.... My life gets boring, if you ask. I'm living a typical adult life; working, working, working, working, and working. Oh, almost forget. I also become a mother of one, a daughter named Hagia. So, it's like balancing life among working, be a mother, socializing, and most of the time.. resting. I become more quite than I was in college or freshgrad days. I become anti-social. I enjoy being alone instead of get trap around people. I enjoy drinking my matcha-latte, while reading book.. or just simply scrolling through my Instagram or TikTok. I enjoy to have exercise once in awhile. I enjoy my bus...