Skip to main content

Serendipity 1.0

 I was so mesmerized by how universe crosses our path. It started on 2015 until 2025, and to many more years (I sincerly hope).

After so many encounters, we chose different path. However, universe somehow drawing us back together again for a short meeting. Sometimes in an arranged one, another one unexpectedly.

Serendipity, they said.

2015.

I saw him in a mall on one weekend. I walked right through in front of him. He wore his red jacket -the same one when I sat beside him in pre-class-. His family walked near him. I locked gaze with his father, meanwhile he did not notice me, so I just walked away.

On Monday, I asked him directly, "did you go to KK?" (KK = the mall's name)

"How did you know?"

"I saw you. You were with your family. I walked right in front of you."

"Oh, yeah?! I didn't see you."


Then, move forward to 2024.

I was invited to a friend's wedding and I promised her, "yes, I will come." Another friend of mine suddenly told me in the middle of the night before the wedding day, that he would come. I was shocked, but.. I already bought a new kebaya and earrings to attend the wedding. I also told the bride earlier that night that I would come to her wedding. I also asked my spouse to accompany me the day before, but he refused.

The next morning, in hope of everything will be alright, I came to her wedding without my daughter, spouse, or friends (the bride was my friend but from a different friend group of mine). Basically, I was alone.

I felt pretty that day because of the kebaya, and I felt the color suited me the best. The kebaya was white; the batik textile has mixed colors of pink, white, dark blue-ish to purple; the pink scarf decorated my neck gracefully; I wore pearl earrings; I curl my hair; my make-up had soft pink touch.

All simply because my look represented what I imagined myself when I bought the kebaya.

I was in the hall when the wedding ceremony started, and I suddenly saw him. He was alone, too. I realized he wore the same color as my cloth today. He wore white long shirt. I wore white kebaya. What a coincidence to look like a couple in a serendipity setting. 

After being lost in my own consideration, I walked toward him and I greeted him.

"Hi," I said to him while awkwardly waving at him.

I hope he did not notice I was so nervous and awkward, I tried to hide it and look confident, because, duh... I already felt pretty, I won't let anything or anyone let my confident away. I greeted him after we did not talk for years although we always met each year since 2019. Yes, we always met since 2019 in our group gathering but we didn't talk.

After I greeted him, I stepped a little further from him to continue to see the wedding ceremony. After some time passed, he walked toward me, and started a conversation. He asked a lot of things about me, as if he had so many questions that he hold back for years. It was more like an interview and I answered him. I asked him questions, too. I told him, I wasn't in a good term with my spouse. I think it was our real conversation since 2017 or early 2018.

Then, after some time passed, we walked to the buffet to queue some foods. "Which one do you want?" I asked. I explained to him the buffet menus, and somehow it reminisced our old days when I read him food menu so he can hear it instead of him trying hard to read it.

"You choose," he said to me.

"How about that one?" I said.

"Yeah, of course," he answered.

"But the queueing is so long," I said. "How about that one?" I pointed at not so crowded buffet area.

"Okay," he said.

We walked and queued there, I got him plate and cutlery, he said thanks.

***

Actually, there are several moments that stuck in my head until now, but right now... I am too lazy to type it. Maybe one day, I'll continue the story in another post. There is another serendipity that happened in 2025, and I can't wait what universe plans in the next years.

I felt extremely happy in our 2024 encounter, and I realized how much I was still nervous and excited to him. Not as a 17 teenager like I used to be, but as a grown-up woman. I was enchanted, and I still am.

Comments

Popular posts from this blog

Catatan Kuliah (Kami): 4

4 When the skies are blue, to see you once again... my love Anya's side Sudah dua bulan aku berkuliah. Masih terasa menyenangkan, semua terasa indah, apalagi karena ada Skan setiap hari (kami berada di kelas yang sama hampir di setiap mata kuliah, yay !!!). Duh, jangan bicarakan Skan lagi, deh! Aku pusing hampir setiap detik aku memikirkannya! Nggak bisa, ya, kalau dia pergi sejenak saja dari pikiranku? Duh, susah ya, tidak memikirkan orang yang berada di kelas yang sama hampir setiap harinya? Karena telah menjadi teman sekelas, kami memang lebih banyak berbincang, berdiskusi, berbincang, berdiskusi... yah, sebatas itu saja. Monoton memang. Akupun merasa bersyukur masih bisa bernapas di hadapannya. Omong-omong, aku baru menyadari jika Skan itu sangat pintar. Jenius malah. Entah mengapa aku merasa iri dengan kepintaran Skan. Dibandingkan aku? Cuih, aku hanya buih di lautan. Dia sebagai lautannya, tentu. Kami sering bertukar opini tentang kasus yang diberikan d...

Dear You, 2020

Halo, apa kabar? Mengapa kamu menjauh?  Saya salah apa? Apakah saya membuatmu risih? Apakah kamu membenci saya? Kamu terasa sangat jauh sekarang, tanpa aku bisa raih. Kita memang tidak saling menggenggam, namun aku tahu kita saling merasa. Ingin sekali saya bertanya berbagai hal kepadamu, termasuk pertanyaan-pertanyaan tadi. Saya harap kamu baik-baik saja, hidup dengan bahagia. Apakah mungkin, kamu seperti itu karena merasa kehilangan diri saya? Apakah mungkin, kamu sebenarnya memahami diri saya yang sesungguhnya, namun merasa saya mulai berubah? Apakah mungkin, kamu merasa asing dengan diri saya yang sekarang? Jika memang demikian, saya mulai menyadari sudah betapa jauhnya saya tersesat. Saya pun merasa asing dengan diri sendiri. Rasanya saya sudah melangkah jauh, dan saya takut sudah terlalu terlambat untuk kembali. Kamu menyadari perubahan saya sejak lama, dan kamu merasa asing dengan diri saya. Saya ingin meminta maaf, jika diizinkan. Saya ingin kembali berada di hidup kamu, ji...

Catatan Kuliah (Kami): 2

2. When life is full of chemistry Skan's Side Hari itu, aku meminta Piyo mencarikan wanita untukku. Dia yang duduk di sebelah kananku hanya mengangguk-angguk sekilas, seakan-akan berucap, " Bro , kalau ada wanita cantik... pasti sudah gue ambil duluan, lah!" Yup, men. Namun tiba-tiba, Piyo mengguncangkan bahuku seraya menunjuk seseorang yang berdiri di depan kelas. Wanita. Tinggi. Berkacamata. Rambut diikat asal. Pakai kemeja putih. Pakai celana jins biru muda. Pakai sepatu boots . "Tipe lo," ucap Piyo singkat. "Gue nggak pernah lihat dia," kataku bertanya-tanya. "Berarti dia jarang ikut acara di kampus juga, Skan. Sama kaya kita. Datang kalau cuma ada yang penting," jawab Piyo acuh tak acuh. Dia memang sama sepertiku. Jarang datang, tinggi, keren, incaran wanita pokoknya. Aku memerhatikannya dengan seksama. Entahlah... dia memang lumayan. Sekilas dia memang memiliki perawakan yang sama denganku. Sedang apa...

Sarkas

Mungkin memang saya yang terlalu baik, saya yang bodoh, saya yang terlalu naif, dan saya yang selalu berpikir optimis. Semua ucapan orang yang memperingatkan agar selalu hati-hati... Saya abaikan. Saya mau tidak mau menerima semua resiko walaupun kini saya tahu rasanya. Dunia itu kejam dan saya seharusnya tahu. Saya seharusnya mendengar setiap rambu yang ditujukan kepada saya. Rasanya? Marah. Sedih. Merasa bodoh. Semua menjadi satu. Saya kini tahu seperti apa diri anda yang sesungguhnya. Anda.... bukan hanya seorang, tapi kumpulan orang yang sejenis. Hah, ternyata, wajah kalian pun bukan hanya dua. Namun terbagi menjadi seratus. Kalian dengan eloknya berganti wajah pada setiap orang. Ternyata, mulut manis kalian tidak semanis yang selama ini saya dengar. Mulut kalian memang manis di depan saya, tapi pahit di belakang saya. Ternyata, kalian bahkan kejam antar sesama kalian. Sangat tidak manusiawi. Lalu, Apakah saya masih pantas menyebut kalian manusia? Kalian senang menyerang ora...

2014. New Things. Angel.

Hellaaaauuuuuu fellas! Finally, bisa inget password blog iniiii! Sedih deh rasanya gara-gara lupa password hal-hal yang pengen gue curhatin jadi tertunda gitu. Padahal... OMG. Udah ketinggalan jauh banget. So. Kudet. Mungkin percakapan kita dimulai dengan kehadiran seorang malaikat kecil yaa.. Allah telah memberikan malaikat kecilnya di antara keluarga gue. Malaikat yang sangat cantik, lucu, pintar, dan benar-benar disayangi semua orang. How could we hate an angel? Namanya adalah... Alexandria Keirra Averdi. Panggilannya adalah Rara. She's actually my niece who was born in Juily 15th 2013. Rara is the most beautiful creature on this planet. Gue yakin Rara akan tumbuh jadi cewek yang sangat cantik lahir dan batin nantinya. Sekarang Rara sudah berusia 9 bulan dan.... banyak banget sikapnya yang menggemaskan. Dia udah bisa dadah-dadah, menggumam nggak jelas gitu, terus seneeeeeng banget ketawa. OMG Rara itu adalah bayi yang paling lucu yang pernah ...