The things that we can control:
Our actions, our thoughts, our reactions, our choices.
Kontrol itu termasuk bagaimana kita menyalurkan energi di dalam diri supaya nggak terbuang sia-sia gitu aja.
Speaking of it, tumbuh besar di lingkungan yang 'keras', didikan disiplin, teratur, berusaha menjadi contoh di manapun berada; membuat aku sebagai individu yang penuh pertimbangan sekarang. Aku bisa ceroboh, ekspresif, ramai... namun, juga sebenarnya menjadi overthink dan dipendam sendiri. Dulu, cenderung menjadi people pleaser.
I chose to laugh although deep down I want to scream.
I often said "yes" instead of "no."
I walked away and hide when I felt overwhelmed and unwanted.
Butuh latihan selama bertahun-tahun untuk aku menjadi nyaman dengan diriku sendiri, menerima semua emosi yang aku rasakan, bukannya dibiarkan dan dipendam gitu aja (karena ternyata nggak sehat, bikin makin nggak waras).
Kalau ada senang, pasti ada sedih.
Kalau ada cinta, pasti ada benci.
Kalau ada nyaman, pasti ada risih.
Kalau ada ramai, pasti ada damai.
Itulah dualitas hidup dengan segala emosinya.
Lalu, aku menjadi sadar sepenuhnya... untuk bisa menerima dan tau setiap emosi yang dirasakan, kita hanya perlu bertanggung jawab terhadap apapun yang kita bisa kontrol.
Misalnya, aku merasakan benci terhadap A. Namun, kebencian itu tidak harus diluapkan dengan membunuhnya, 'kan?
Misalnya, aku merasakan cinta terhadap B. Namun, rasa cinta itu tidak harus selalu berakhir akan sebuah hubungan, 'kan?
We can't control their actions, their thoughts, their reactions, their choices.
Pagi ini, terasa banget aku diuji dengan berbagai gejolak emosi tersebut. Aku dihadapkan kepada orang yang tidak bisa mengontrol emosinya. Menyalahkan orang lain, marah, menyudutkan, seakan-akan akulah yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Yang dia rasakan, valid. Aku tau aku nggak bisa kontrol perasaan orang tersebut. Namun, aku juga tau kesalahan itu bukan padaku. Susah banget rasanya untuk bisa mengkotak-kotakan emosi yang aku rasakan, supaya aku kenal sendiri sama nama emosi tersebut, supaya nggak ikut terpancing emosi. Kalau aku nggak bisa kontrol diriku sendiri, nanti malah ribut, dan aku gak mau buang-buang energi untuk sesuatu yang negatif.
So, in this blog, I want to acknowledge my own feeling earlier this morning.
What I felt was annoyed, but for my sanity, I kept it only in my head.
Comments
Post a Comment