Skip to main content

Jakarta - Semarang is not THAT far, Dev!

Jakarta, Juli 2016.
Dear Om,

First of all I want to say Happy 45th Birthday to you, the Father of my beloved friend... Devina! I wish nothing but the best for you, Sir. May Allah gives you a healthy life with His joys and blessings. I know we haven't got a chance to meet in person, yet, but I've heard a lot about you while Devina and I were still in high school. Don't worry, Devina told me about your kindness, though.

Second, as we may in the spirit of holy month, I will say happy ied mubarak 1437 H to you, sir! May Allah forgives all of our sins and gives us His blessings. Let's keep the spirit until next ramadhan, and hopefully we'll meet next year.

Your daughter, Devina, is a wonderful young lady. She's one of my favorite during the high school. I've seen her laugh, cry, angry, and most of it... She was busy being her self, a true freaking (imaginary) Mrs. Bieber. You're lucky to have her as your daughter because you would never get a young lady like her for the second time, right?


Entah sudah berapa kali saya menulis tentangnya di blog ini, tetapi Devina adalah sosok yang mampu menginspirasi saya (termasuk gurauan kami yang terkadang nyeleneh dan terlalu bermimpi). Devina and I have a lot of similarities such as... We're too passionate to reach our dreams, she wants to be Selena Gomez and I want to be Audrey Hepburn. Both of us adore Dian Sastro, Chelsea Islan, and Maudy Ayunda since we were still using putih-abu uniform. I think... Up until now, both of us still determine to be a UNICEF or UN ambassador (am I right, Dev?)

Many people laughs at our dreams, but we hold on to this...

Devina really misses you, Om, apalagi sekarang dia kuliah di Semarang. She misses watching soccer with you, I think she's really really Daddy's little girl ya, Om? She said you were the one who taught her about the offside rule, am I right? On your special day, she asked me to write something special for you because she's too shy to say it directly to you. Well I hope, she will be in teary eyes for reading this.

As her friend, who being left by her and who also lives in Jakarta, I'm missing her as much as you do, sir! Of course we had plans to meet up, but eventually it never happened. But still, though we never meet since like almost a year, she's still my beloved unforgettable friend.

Well let's say Jakarta - Semarang is not as far as we know! It's much better than Jakarta - China, right? Argh, too many LDR-an with my high school friends and it sucks! (This is how I cheer my self when I'm missing my high school friends. Unfortunately, there is one friend who's in Germany now and I'm missing her freaking bad.)


*Ps to Devina: when will you come to Jakarta? Let me finisih my test first so we can meet up and ngehitz together, okay!? I miss being 'oh so whatever' with you! I miss going to windowshop with you! Errr..... btw, Can you (in any chance) bring me wingko babat, Dev? It's my favorite, gosh, I'm already imagining to eat it while I write this post. :(

And also, please let's hope that my Momma will allow me to traveling to Semarang all by my self, ya.. you must be in Semarang when the time is right (or at least we'll go from Jakarta together) so we can stay in your kosan, perhaps? (Semakin hemat semakin oke, lol). Then, we should go to Lawang Sewu, ya, because I'd never go there and curious enough to go. Hehehe.

See, terlalu niat bikin ini.. sampe bongkar gallery cari foto kita. Maaf yang di hp cuma beberapa, sisanya di pc semua and I'm too lazy to open it jam segini. Xoxo.

Sincerly yours,
Nita Indra S.

Comments

Popular posts from this blog

Catatan Kuliah (Kami): 4

4 When the skies are blue, to see you once again... my love Anya's side Sudah dua bulan aku berkuliah. Masih terasa menyenangkan, semua terasa indah, apalagi karena ada Skan setiap hari (kami berada di kelas yang sama hampir di setiap mata kuliah, yay !!!). Duh, jangan bicarakan Skan lagi, deh! Aku pusing hampir setiap detik aku memikirkannya! Nggak bisa, ya, kalau dia pergi sejenak saja dari pikiranku? Duh, susah ya, tidak memikirkan orang yang berada di kelas yang sama hampir setiap harinya? Karena telah menjadi teman sekelas, kami memang lebih banyak berbincang, berdiskusi, berbincang, berdiskusi... yah, sebatas itu saja. Monoton memang. Akupun merasa bersyukur masih bisa bernapas di hadapannya. Omong-omong, aku baru menyadari jika Skan itu sangat pintar. Jenius malah. Entah mengapa aku merasa iri dengan kepintaran Skan. Dibandingkan aku? Cuih, aku hanya buih di lautan. Dia sebagai lautannya, tentu. Kami sering bertukar opini tentang kasus yang diberikan d...

Dear You, 2020

Halo, apa kabar? Mengapa kamu menjauh?  Saya salah apa? Apakah saya membuatmu risih? Apakah kamu membenci saya? Kamu terasa sangat jauh sekarang, tanpa aku bisa raih. Kita memang tidak saling menggenggam, namun aku tahu kita saling merasa. Ingin sekali saya bertanya berbagai hal kepadamu, termasuk pertanyaan-pertanyaan tadi. Saya harap kamu baik-baik saja, hidup dengan bahagia. Apakah mungkin, kamu seperti itu karena merasa kehilangan diri saya? Apakah mungkin, kamu sebenarnya memahami diri saya yang sesungguhnya, namun merasa saya mulai berubah? Apakah mungkin, kamu merasa asing dengan diri saya yang sekarang? Jika memang demikian, saya mulai menyadari sudah betapa jauhnya saya tersesat. Saya pun merasa asing dengan diri sendiri. Rasanya saya sudah melangkah jauh, dan saya takut sudah terlalu terlambat untuk kembali. Kamu menyadari perubahan saya sejak lama, dan kamu merasa asing dengan diri saya. Saya ingin meminta maaf, jika diizinkan. Saya ingin kembali berada di hidup kamu, ji...

Self Reflection

I haven't wrote anything. But will try to write... again. 4 tahun yang lalu, gue menuliskan tentang masa-masa menjadi maba  (mahasiswa baru) yang baru saja selesai melaksanakan PKKMB. Hari ini, beberapa teman angkatan 2015 sudah melaksanakan wisuda. Gue belum, semoga tahun depan mendapatkan giliran. Aamiin... Btw , entah mengapa pukul segini memang enak untuk menjadi sendu. Bukan sendu dalam konotasi negatif, tetapi cenderung ke arah positif. Tiba-tiba, jadi mengenang apa saja yang terjadi selama 4 tahun belakangan ini. Masa-masa di mana gue melepas seragam putih-abu, dan menggantinya dengan pakaian bebas. Malam ini menjadi sebuah renungan terhadap diri sendiri, atas apa yang telah dicapai, kesalahan, kebahagiaan, pertemanan, dan lain sebagainya. Katanya, kuliah adalah masa terakhir sebelum menghadapi dunia nyata. Katanya, semakin kita dewasa, kita cenderung menjadi realistis... mematikan cita-cita di dalam diri. Mematikan jiwa anak-anak yang ada di dalam hati. ...

Catatan Kuliah (Kami): 2

2. When life is full of chemistry Skan's Side Hari itu, aku meminta Piyo mencarikan wanita untukku. Dia yang duduk di sebelah kananku hanya mengangguk-angguk sekilas, seakan-akan berucap, " Bro , kalau ada wanita cantik... pasti sudah gue ambil duluan, lah!" Yup, men. Namun tiba-tiba, Piyo mengguncangkan bahuku seraya menunjuk seseorang yang berdiri di depan kelas. Wanita. Tinggi. Berkacamata. Rambut diikat asal. Pakai kemeja putih. Pakai celana jins biru muda. Pakai sepatu boots . "Tipe lo," ucap Piyo singkat. "Gue nggak pernah lihat dia," kataku bertanya-tanya. "Berarti dia jarang ikut acara di kampus juga, Skan. Sama kaya kita. Datang kalau cuma ada yang penting," jawab Piyo acuh tak acuh. Dia memang sama sepertiku. Jarang datang, tinggi, keren, incaran wanita pokoknya. Aku memerhatikannya dengan seksama. Entahlah... dia memang lumayan. Sekilas dia memang memiliki perawakan yang sama denganku. Sedang apa...

Sarkas

Mungkin memang saya yang terlalu baik, saya yang bodoh, saya yang terlalu naif, dan saya yang selalu berpikir optimis. Semua ucapan orang yang memperingatkan agar selalu hati-hati... Saya abaikan. Saya mau tidak mau menerima semua resiko walaupun kini saya tahu rasanya. Dunia itu kejam dan saya seharusnya tahu. Saya seharusnya mendengar setiap rambu yang ditujukan kepada saya. Rasanya? Marah. Sedih. Merasa bodoh. Semua menjadi satu. Saya kini tahu seperti apa diri anda yang sesungguhnya. Anda.... bukan hanya seorang, tapi kumpulan orang yang sejenis. Hah, ternyata, wajah kalian pun bukan hanya dua. Namun terbagi menjadi seratus. Kalian dengan eloknya berganti wajah pada setiap orang. Ternyata, mulut manis kalian tidak semanis yang selama ini saya dengar. Mulut kalian memang manis di depan saya, tapi pahit di belakang saya. Ternyata, kalian bahkan kejam antar sesama kalian. Sangat tidak manusiawi. Lalu, Apakah saya masih pantas menyebut kalian manusia? Kalian senang menyerang ora...