Skip to main content

Skies, Him, Love


Memandang langit adalah kesukaan saya. Pagi, siang, atau malam, tak peduli kapan dan di mana. Saya selalu kagum dengan awan pagi hari yang tampak seperti goresan kuas, lalu langit senja dengan warna jingganya di ufuk, hingga bulan bintang yang bersinar saat malam. 

Memandang langit... membuat saya selalu bersyukur, dan semakin meningkatkan kepercayaan saya terhadap Tuhan. Saya, kamu, kita semua sebagai manusia hanya berupa debu di semesta.

Saya baru saja menemukan tempat persembunyian yang tentram. Tempat di mana bisa memadu kasih dengan langit, dengan semilir angin yang sejuk dan menenangkan. Sebenarnya tempat itu sudah lama saya temui, namun baru akhir-akhir ini saya lebih suka "kabur" ke sana. 

Rasanya... sangat ingin membawa selimut ke sana, dan perlengkapan teleskop. Hanya untuk berkenalan dengan semua yang ada di atas langit sana. Bintang polaris, sirius, minerva, bintang timur, ingin saya kenal semuanya.

Di tempat itu, saya bisa melukiskan wajahnya di langit. Bukannya merasa sedih seperti yang biasanya saya rasakan setiap membayangkannya, saya malah merasa damai dan rindu. Tidak ada rasa ingin menuntut ataupun ingin memiliki, namun hanya semakin kagum dan bersyukur. Saya masih baik-baik saja, itu intinya. Biarkan dia acuh, karena berapa kalipun saya coba... dia telah memenuhi hati saya, setiap detiknya.

Betapa beruntungnya dia. Saya seharusnya membencinya, namun malah sebaliknya ketika memandang langit. Saya... semakin terpikat olehnya. Alhamdulillah adalah kata yang saya ucapkan dalam hati setiap memikirkannya. Setidaknya, karena adanya langit beserta isinya, dia malah menambah pahala karena mengingatkan saya untuk terus bersyukur.

Kita semua hidup dalam cinta kasih yang penuh dalam perdamaian. Hanya masing-masing dari kita, yang mampu merasakan ketulusan dari sebuah cinta. Konteks cinta ini bukan hanya ke pasangan lawan jenis, lho, tapi antar sahabat, anak ke orang tua, saudara, dan lainnya. Dulu, saya bertanya-tanya, "apa artinya cinta dan kasih sayang?". Beribu kali berusaha saya tidak pernah menemukan jawabannya. Dulu, yang saya rasakan hanya rasa sakit, iri, dengki, marah, entahlah... semua hal negatif berkecamuk menjadi satu.

Namun kini saya mulai menyadari, cinta dan kasih sayang tidak akan pernah membuat saya tertekan, karena kedua hal tersebut adalah sebuah bentuk perdamaian antara diri sendiri, orang lain, otak, dan jiwa. Tidak perlu lagi merasa ditinggal, cemburu, sedih, kecewa, marah... karena selama ada ketulusan di dalam proses mencari perdamaian itu, kita akan bahagia.

Banyak yang menyamakan cinta dengan nafsu. Padahal, cinta yang tulus itu tidak seperti itu... maksudnya, tidak obsesif. "Let it be, let it go, let it flow" tidak ada di dalam kamus orang yang menyalah artikan cinta. Coba renungkan diri sebentar, pejamkan mata, dan berdoalah agar Tuhan memberikanmu pengertian cinta yang sesungguhnya. Toh, tidak ada yang paling baik dalam mencintai selain Tuhan, kan?

Intinya,

Jangan pernah berhenti mencintai dan memberi kasih sayang kepada sesama kita. Walau tidak berbalas ataupun dibalas dengan kejahatan, apapun alasannya, janagan pernah berhenti.

Percayalah, jika Tuhan lebih mencintai kita dari siapapun, dan Dia akan memberikan balasan yang indah untuk kita semua.

Comments

Popular posts from this blog

Intermezzo: Naif atau Bodoh?

Andai dunia itu nggak sesulit yang kita rasakan, ya. Dunia itu nggak baik bukan karena 'dunia' itu sendiri kan? Tapi karena manusianya. Dunia menjadi kejam karena ulah mereka yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang yang mengenal saya mengatakan jika ada batas tipis antara naif dan bodoh di dalam diri saya. Terlalu lugu untuk melihat ini semua, tetapi sebenarnya bodoh karena tidak mengerti apa-apa. Saya bersyukur, karena saya dikelilingi oleh orang-orang yang melindungi saya agar tetap menjadi diri saya yang sekarang. Maksudnya, seperti bunga lotus yang tidak akan pernah kotor walaupun hidup di kolam berlumpur. Mereka, teman-teman saya, tetap menjaga saya seperti itu. Namun, ada kalanya saya harus sendiri. Pertemanan itu nggak harus selalu bersama-sama, cukup sirat hati yang menyatukan ikatan pertemanan. Nah, ketika saya sendiri itu lah saya merasa... bodoh. Maksudnya, saya sering melakukan kecerobohan. Mungkin, apa karena saya terlalu dilindungi mereka? "Dia itu adala...

Dear Momma (2.0)

And eventually I'm just a scared little lady. The super sensitive one when people talked about "family bond." I would cry easily on my Momma's lap when we had a deep conversation. She's my hero, my wonderwoman. The one who rescued me in my lowest. The one who protected me whenever I needed her. So, two days ago we had a deep conversation. It was about manner. " Kamu mbok ya jangan ngomong sama Mama kaya gitu.. nanti dosa ," she said when we got started. I was standing beside her while she sat on the sofa. We were talking about the latest movie actually -not the deep conversation, yet-. "Kalo ngomong sama orang tua, apalagi sama Mama, jangan sampe Mama harus mengadah liat kamu... Tatapan mata kita sejajar aja udah salah... " I was like.. . krik. Speechless. " Justru dari dulu k epala Mama lebih rendah daripada kepala Eyangti, lho. Nanti kualat kamu kaya gitu, De... Mama dari dulu mau ingetin kamu tapi lupa terus. Tiap abis shalat, ...

Give and Take

What happens to teenager this day? What happens to Indonesian culture about polite, manner, and grace? It's so pathethic that now we rarely see it in our life. Let's take the easiest samples: 1. Menyela pembicaraan orang. 2. Make fun, laugh, yawn, stared hatefully toward the elders (it can be your lecturer or even your parent). 3. Being ignorance, arrogant. 4. This may be the simpliest sample of all... keluar / masuk ruangan tanpa ijin, main kabur,padahal sebenarnya bisa ijin dulu. etc. Some of the examples above are actually based on my observation in actual life. But then the question is: Can we live without polite, manner, and grace? Sekarang coba kalau dibalik. Kita jadi orang yang mendapatkan perlakuan yang tidak sopan. You feel uncomfortable, angry, sad, and insecure, don't you? Is that good? How can we have polite, manner, and grace? Well, I'm kind of person that believe in "Give and Take". Give and take is actually hands that help each oth...

Keramaian yang Bisu

Halo, semuanya! Topik yang akan saya tulis kali ini adalah tentang mental issue . Beberapa tahun terakhir ini, saya memang suka sekali mengulik tentang kesehatan jiwa seseorang, pemicu depresi, stres, dan beberapa hal lainnya yang dapat memengaruhi tingkat kesehatan mental seseorang. Menurut saya, masyarakat Indonesia masih lebih buta dengan kesadaran betapa penting dan krusialnya untuk mempelajari, menerima, dan mungkin bersimpati terhadap orang-orang yang menderita gangguan mental. Masyarakat Indonesia masih bersikap acuh tak acuh, cenderung hanya nyinyir terhadap orang lain, tanpa bercermin tentang dirinya sendiri. Dan tulisan ini, akan berkaitan langsung dengan kehidupan saya. Sebenarnya saya agak bingung bagaimana untuk menceritakannya . As you all know, saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Kedua kakak saya pinter banget, sementara adeknya... hanya remahan biskuit yang ditiup angin juga hilang. Ketika saya SD, saya sempat merasakan saat-saat di -bu...