Skip to main content

Stay.... Strong.

"Love is Louder than a pressure to be perfect."

Demi Lovato told us this. Demi adalah seorang penyanyi, pemain gitar, dan pemain piano yang bener-bener cocok untuk dijadiin idola. Why?

She's talented. She has a story to be told, and it's so inspirational. She can play guitar, piano, and her voice is like... AMAZING. She can reach the high notes perfectly.
Demi di Summer Tour 2009

Agustus 2010

Summer Tour 2009

First tour, First album

Summer Tour 2009

2012

Kalo kalian bisa inget anak-anak kecil yang main di Barney and Friends... Demi adalah anak itu. Dia pernah memainkan anak kecil di serial itu untuk beberapa season.

At 11, she was bullied in her school. Everyone made a petition called, WE HATE DEMI. Everyone yelled at her. Everyone said that she is fat and ugly and has no talent. Pernah dia dikejar-kejar dan dipukulin abis-abisan. Then, she was hiding in the toilet sambil nelpon Mamanya and said, "Mom, please take me out of here. I hate here. I wanna home school." She was so depressed and quit from normal school to home school. She hate her middle school.

Then, dia muncul di serial TV Disney yang judulnya As The Bell Rings dan memainkan peran sebagai Charlotte.

Then, Camp Rock rises her. It made her career.

Semenjak Camp Rock menjulang, foto-foto Demi pun jadi gampang dicari. Sampai ada suatu foto yang nunjukin tangannya yang kebeset-beset kaya mau bunuh diri gitu. But she said, "It causes by rubber bands."

Di tahun 2010 akhir, dia masuk ke pusat rehabilitasi gara-gara stress sama kehidupannya. She's so mad at Joe cause he uses her to get his popularity, she hate her father who leaves his family, and she can't take the bully-thing anymore. Ternyata selama ini (karena di SMP di bully abis-abisan), Demi itu kena bulimia. Dia selalu muntahin makanannya lagi. Dan rumor bunuh diri itu emang bener. She lied to the media, and told them besetan di tangannya itu karena gelang.

Di rehabilitasi itu pun Demi ngebuat sebuah lagu. Judulnya Skyscraper. Awalnya Skyscraper itu direkam sebelum Demi masuk rehab dan suaranya belom pulih, terus direkam lagi begitu Demi keluar rehab. Tapi..... Rekaman pertama yang dipilih karena suaranya Demi bener-bener sensational banget. It's so emotional.
Look how beautiful she is. So fresh. So natural.
Photoshoot for her newest album, Unbroken

Performing Skyscraper on Dancing With The Stars

Performing Skyscraper on Dancing With The Stars
Newest pict of her while performing for Obama in Washington D. C this December

Well, maybe Demi is fat. Her face is creepy, she has a chin yang kebelah, seneng tanning, dan suaranya cempreng. Ditambah ketawanya yang kaya Kuntilanak dengan senyum lebarnya itu.

But, so what? She's a human. Nobody's perfect.
Peace. Love. Stay. Strong.


Kita juga punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, kan?

Semenjak Demi keluar dari rehab, motto hidupnya jadi Stay Strong. Dan untuk berterima kasih sama fansnya yang udah support Demi abis-abisan dengan nulisin Stay Strong di tangan mereka, she made a tattoo on her wrist untuk ngingetin supaya ngga bunuh diri.


Demi yang sekarang emang tattooan, gayanya suka ancur, beda banget kaya dulu. Dan gue pun berpindah idola menjadi Taylor Swift (yaaa sebenernya ngga pindah juga sih, Taylor itu inspirational juga and I love her). Tapi entah mengapa bayangan tentang Demi selalu muncul di benak gue :")

Mungkin inilah True Lovatic. HAHAHA

Comments

Popular posts from this blog

Catatan Kuliah (Kami): 4

4 When the skies are blue, to see you once again... my love Anya's side Sudah dua bulan aku berkuliah. Masih terasa menyenangkan, semua terasa indah, apalagi karena ada Skan setiap hari (kami berada di kelas yang sama hampir di setiap mata kuliah, yay !!!). Duh, jangan bicarakan Skan lagi, deh! Aku pusing hampir setiap detik aku memikirkannya! Nggak bisa, ya, kalau dia pergi sejenak saja dari pikiranku? Duh, susah ya, tidak memikirkan orang yang berada di kelas yang sama hampir setiap harinya? Karena telah menjadi teman sekelas, kami memang lebih banyak berbincang, berdiskusi, berbincang, berdiskusi... yah, sebatas itu saja. Monoton memang. Akupun merasa bersyukur masih bisa bernapas di hadapannya. Omong-omong, aku baru menyadari jika Skan itu sangat pintar. Jenius malah. Entah mengapa aku merasa iri dengan kepintaran Skan. Dibandingkan aku? Cuih, aku hanya buih di lautan. Dia sebagai lautannya, tentu. Kami sering bertukar opini tentang kasus yang diberikan d...

Dear You, 2020

Halo, apa kabar? Mengapa kamu menjauh?  Saya salah apa? Apakah saya membuatmu risih? Apakah kamu membenci saya? Kamu terasa sangat jauh sekarang, tanpa aku bisa raih. Kita memang tidak saling menggenggam, namun aku tahu kita saling merasa. Ingin sekali saya bertanya berbagai hal kepadamu, termasuk pertanyaan-pertanyaan tadi. Saya harap kamu baik-baik saja, hidup dengan bahagia. Apakah mungkin, kamu seperti itu karena merasa kehilangan diri saya? Apakah mungkin, kamu sebenarnya memahami diri saya yang sesungguhnya, namun merasa saya mulai berubah? Apakah mungkin, kamu merasa asing dengan diri saya yang sekarang? Jika memang demikian, saya mulai menyadari sudah betapa jauhnya saya tersesat. Saya pun merasa asing dengan diri sendiri. Rasanya saya sudah melangkah jauh, dan saya takut sudah terlalu terlambat untuk kembali. Kamu menyadari perubahan saya sejak lama, dan kamu merasa asing dengan diri saya. Saya ingin meminta maaf, jika diizinkan. Saya ingin kembali berada di hidup kamu, ji...

Sarkas

Mungkin memang saya yang terlalu baik, saya yang bodoh, saya yang terlalu naif, dan saya yang selalu berpikir optimis. Semua ucapan orang yang memperingatkan agar selalu hati-hati... Saya abaikan. Saya mau tidak mau menerima semua resiko walaupun kini saya tahu rasanya. Dunia itu kejam dan saya seharusnya tahu. Saya seharusnya mendengar setiap rambu yang ditujukan kepada saya. Rasanya? Marah. Sedih. Merasa bodoh. Semua menjadi satu. Saya kini tahu seperti apa diri anda yang sesungguhnya. Anda.... bukan hanya seorang, tapi kumpulan orang yang sejenis. Hah, ternyata, wajah kalian pun bukan hanya dua. Namun terbagi menjadi seratus. Kalian dengan eloknya berganti wajah pada setiap orang. Ternyata, mulut manis kalian tidak semanis yang selama ini saya dengar. Mulut kalian memang manis di depan saya, tapi pahit di belakang saya. Ternyata, kalian bahkan kejam antar sesama kalian. Sangat tidak manusiawi. Lalu, Apakah saya masih pantas menyebut kalian manusia? Kalian senang menyerang ora...

Self Reflection

I haven't wrote anything. But will try to write... again. 4 tahun yang lalu, gue menuliskan tentang masa-masa menjadi maba  (mahasiswa baru) yang baru saja selesai melaksanakan PKKMB. Hari ini, beberapa teman angkatan 2015 sudah melaksanakan wisuda. Gue belum, semoga tahun depan mendapatkan giliran. Aamiin... Btw , entah mengapa pukul segini memang enak untuk menjadi sendu. Bukan sendu dalam konotasi negatif, tetapi cenderung ke arah positif. Tiba-tiba, jadi mengenang apa saja yang terjadi selama 4 tahun belakangan ini. Masa-masa di mana gue melepas seragam putih-abu, dan menggantinya dengan pakaian bebas. Malam ini menjadi sebuah renungan terhadap diri sendiri, atas apa yang telah dicapai, kesalahan, kebahagiaan, pertemanan, dan lain sebagainya. Katanya, kuliah adalah masa terakhir sebelum menghadapi dunia nyata. Katanya, semakin kita dewasa, kita cenderung menjadi realistis... mematikan cita-cita di dalam diri. Mematikan jiwa anak-anak yang ada di dalam hati. ...

Catatan Kuliah (Kami): 2

2. When life is full of chemistry Skan's Side Hari itu, aku meminta Piyo mencarikan wanita untukku. Dia yang duduk di sebelah kananku hanya mengangguk-angguk sekilas, seakan-akan berucap, " Bro , kalau ada wanita cantik... pasti sudah gue ambil duluan, lah!" Yup, men. Namun tiba-tiba, Piyo mengguncangkan bahuku seraya menunjuk seseorang yang berdiri di depan kelas. Wanita. Tinggi. Berkacamata. Rambut diikat asal. Pakai kemeja putih. Pakai celana jins biru muda. Pakai sepatu boots . "Tipe lo," ucap Piyo singkat. "Gue nggak pernah lihat dia," kataku bertanya-tanya. "Berarti dia jarang ikut acara di kampus juga, Skan. Sama kaya kita. Datang kalau cuma ada yang penting," jawab Piyo acuh tak acuh. Dia memang sama sepertiku. Jarang datang, tinggi, keren, incaran wanita pokoknya. Aku memerhatikannya dengan seksama. Entahlah... dia memang lumayan. Sekilas dia memang memiliki perawakan yang sama denganku. Sedang apa...