Langit Jakarta kian hari semakin menunjukkan kesedihannya. Matahari jarang menampakkan wujudnya dan angin berhembus lembut hingga terkadang rasanya seperti menusuk tulang. Gumpalan awan kelabu hilir mudik dengan percaya diri, tanpa mempedulikan para manusia yang mulai berlarian untuk melindungi diri. Hiruk-pikuk kota ini semakin riuh dengan rintikkan hujan yang hampir setiap sore menghujani daerah ini. Kapan terakhir kali saya (bahkan anda) mengajak hujan bermain? Sudah lama sepertinya... Kita semua dulu bermain hujan sebelum menyadari kalau dunia itu penuh kepura-puraan, tertawa lebar tanpa perlu takut penilaian orang lain, berlari dengan kaus kutang tanpa perlu merasa khawatir, mencuri-curi untuk makan permen sebanyak-banyaknya, hingga menangis karena terjatuh akibat kerikil kecil. Oh, dunia terasa indah ketika kita masih lugu. Tidak ada kebencian, tidak ada caci-maki, tidak mengenal perasaan aneh terhadap lawan jenis, yang ada hanya... Persahabatan dan kasih sayang. Saya rindu
Brain. Beauty. Behavior.