Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

That Someone

I was just having a nightmare. It was a common dream, but hurt like hell. The dream was about losing someone that I love to another person. In the dream, the news just spread all over the kids, and I didn't hear it from ' that someone ' but through the gossips. Once I looked it with my own eyes, I became such a brat, ignoring people who asked "what's wrong with you?", and even ignoring ' that someone ' though ' that someone ' tried to talk to me, eye to eye. It was such a cheesy dream to be dreamt, seriously, lol I woke up slowly, all I knew was everything got blurry, and my face was wet, then I realized that I was crying. The tears creeps me out. Am I afraid of getting abandon, forgotten, or left behind by ' that someone '? Am I already having a lot of precious memories with ' that someone ' that I couldn't burry easily? My sense got me. I'd never know that I could be really despicable about this, l

Angin Malam [FIN]

Our side ... Rasanya hanya angin malam yang mampu mendengar suara di dalam bisu kita. Sama-sama terhanyut dalam pikirannya masing-masing, entah apa yang sebenarnya dirasakan. Hanya angin malam yang mengerti kita, tidak memihak, berperan hanya sebagai penitip salam, dan buaian curahan hati kita, bukan? Saya dan kamu memang dipisahkan oleh sebuah dinding tipis yang terlalu kuat untuk dirobohkan, bahkan gempa bumi pun tidak akan merobohkannya. Ironis, kan? Entah apa, siapa, dan kapan yang bisa merobohkan dinding ini. Saya bisa menatapmu, dan sebaliknya. Jika memang saya dan  kamu dilahirkan sebagai Utara dan Selatan, kita akan bertemu nanti. Bersatu dan tak akan terpisahkan. Jika memang saya dan kamu bisa diibaratkan sebagai Venus dan Mars, kita akan saling mencari nanti. Bertemu dan melepas rindu. Jika memang saya dan kamu mempunyai benang merah, kita akan bisa meluruskan benang yang kusut itu nanti. Jika memang saya dan kamu bagaikan sepasang angsa, kita akan saling setia terh

Angin Malam [2]

His side... Rasa merinding apa yang menghampiri gue malam-malam? Paranoid yang gue rasakan mendadak meningkat drastis. Jangan-jangan "mereka" merasa terganggu karena gue gitaran di sini?!?!?! Bodoh, apa yang membuat gue duduk di teras pukul 11 malam dengan gitar, sih?!?! Tunggu. Ini semua gara-gara dia!! Dasar perempuan sinting, dia hanya merepotkan saja. Angin malam yang membuat bulu kuduk merinding terasa dingin menyentuh pipi gue, lalu perlahan menjalar ke kepala dan membuat rambut setengah gondrong ini tertiup pelan. Aneh, semilirnya malah terasa hangat. Rasanya seperti seseorang sedang mengecup rindu untuk gue. Gue menggelengkan kepala keras-keras. Delusi yang gue rasakan mungkin disebabkan oleh rasa paranoid yang berlebihan. Dia. Pikiran gue langsung terpusat lagi pada dia, si perempuan sinting, yang memberi hatinya untuk gue. Jika saja dia bisa sadar kalau kami berdua begitu berbeda. Dia tidak akan mampu memahami gue, dan sebaliknya. Namun, h

Angin Malam [1]

Her side... Kepada angin malam aku ingin bersenandung. Tentang dia yang selalu membuatku terusik. Kapanpun, di manapun, hanya dia yang menghantuiku. Bayangannya selalu muncul tiba-tiba, tidak diundang, dan hanya menyisakan rindu. Terkadang memang pikiranku teralihkan darinya, namun pada akhirnya hanya dia yang berada di otakku. Maksudku, hatiku. Astaga. Dia membuatku meracau tak karuan. Pernahkah kamu merasakan jatuh cinta? Perasaan aneh yang membuat dada menggebu-gebu, rasanya seperti jantung ingin keluar dari dalam tubuh. Walaupun belum tentu berbalas, rasanya aku tak takut untuk jatuh cinta. Ini hakku untuk merasakan ini, bukan? Tidak ada yang bisa merenggutnya dariku, bahkan penolakan darinya. Penolakan. Terdengar sakit, bukan? Namun, rasanya aku benar-benar sinting. Aku tidak peduli dengan apa yang dia rasakan terhadapku. Apakah itu egois? Aku tak peduli apakah aku harus memiliki cintanya. Aku tak peduli peringatan orang-orang untuk segera mencari pria lain. Aku

Sexual Harassment

Baru saja saya membaca berita tentang pelecehan seksual yang terjadi di transportasi publik. Karena akhir-akhir ini saya lagi sensitif banget, baca berita itu sampe bikin mata berkaca-kaca, ngebayangin kalo saya yang lagi di posisi si mba itu. Jadi inti artikelnya, kondisi kereta lagi penuh dan si pelaku memanfaatkannya dengan menyentuh bagian intim seorang wanita, dan menempelkan badannya ke wanita tersebut. Momen itu terlihat oleh si mba yang buru-buru merekam kejadian. Sadar kamera, si pelaku berhenti melakukan aksinya dan menatap si mba dengan dendam. Si mba buru-buru turun di Stasiun Citayam, namun diikuti oleh si pelaku. Merasa takut si mba berlari dan kembali naik ke kereta dan naik sampai ke Stasiun Bogor. Si mba trauma sampai menangis dan akhirnya dapat duduk. Walaupun si mba bukan yang dilecehkan, tetapi si mba merasa ketakutan ketika berusaha menyuarakan kebenarannya. (Ini linknya: https://today.line.me/ID/article/790ee901e105298855437600c177b91a06f9c2fc43173f779b324388

The Ugly Truth

Orang mungkin mampu memaafkan, tetapi belum tentu dia mampu melupakan rasa sakitnya. Jahatnya, anak kecil sering sekali dijadikan korban. Pelecehan seksual, dianiaya, dibuang, dan ditinggal oleh orang dewasa yang seharusnya dapat dipercaya oleh si anak yaitu, orang tua. Kejadian itu tidak hanya terjadi di dalam sinetron, karena memang dunia itu kejam. Banyak berita yang membahasnya, kan? Saya sering mendengar jika seorang anak adalah titipan, anugerah, hadiah Tuhan kepada orang tua. Namun saya sering bertanya-tanya, buat apa seorang anak dilahirkan dari sel telur ibu yang dibuahi sperma ayah jika pada akhirnya si anak tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya? Mengapa Tuhan menitipkan seorang anak ke mereka? Rasa sakit yang disebabkan oleh orang lain lebih mudah dilupakan daripada rasa sakit yang disebabkan oleh anggota keluarganya sendiri. Karena, anggota keluarga adalah orang yang mau tidak mau selalu bertemu dengan si anak, bukan? Nama keluarga selalu dibawa anak kemanapu

3 April 17

Dear friend, I listened to my ego more than I listened to my mind. It's not my intention to say sorry to you, because I'm not sorry at all. But today, this evening, when I was opening our chat in whatsapp (that I've been ignore since Friday, perhaps. Dan akhirnya chatnya tenggelem), I realised that was my fault. I forced you to do things that I expected you to do, pretending not to know about your condition recently, your list of homeworks, and I was really careless and reckless. I know that I was wrong by coercing you like that, it was childish and selfish. I've been really bad recently, ignoring people without any reasons, pulling myself away from the crowd, and it was not only to you but to everyone else. I know that you're thinking 'masa bodo' about this, but I'm doing this because I'm feeling guilty right now. So, I am sorry. Once again, I know that you'll act 'masa bodo' and I'm doing this to make me feel better, I really re