Our side...
Rasanya hanya angin malam yang mampu mendengar suara di dalam bisu kita. Sama-sama terhanyut dalam pikirannya masing-masing, entah apa yang sebenarnya dirasakan. Hanya angin malam yang mengerti kita, tidak memihak, berperan hanya sebagai penitip salam, dan buaian curahan hati kita, bukan?
Saya dan kamu memang dipisahkan oleh sebuah dinding tipis yang terlalu kuat untuk dirobohkan, bahkan gempa bumi pun tidak akan merobohkannya. Ironis, kan? Entah apa, siapa, dan kapan yang bisa merobohkan dinding ini. Saya bisa menatapmu, dan sebaliknya.
Jika memang saya dan kamu dilahirkan sebagai Utara dan Selatan, kita akan bertemu nanti. Bersatu dan tak akan terpisahkan. Jika memang saya dan kamu bisa diibaratkan sebagai Venus dan Mars, kita akan saling mencari nanti. Bertemu dan melepas rindu. Jika memang saya dan kamu mempunyai benang merah, kita akan bisa meluruskan benang yang kusut itu nanti. Jika memang saya dan kamu bagaikan sepasang angsa, kita akan saling setia terhadap satu sama lain.
Namun, jika dinding ini tidak pernah roboh, janganlah bersedih. Ingatlah tentang dunia paralel. Dunia yang membuat kita bersanding bersama, bukan seperti di dunia kita sekarang.
Sampai jumpa, kapanpun dan di manapun itu.
Angin malam, apakah mungkin kami dapat bertemu?
Comments
Post a Comment