Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Intermezzo: Inner Peace

You can not change the past, you can only forgive it and moving on. The only thing you can do is set your future. Making peace with yourself is the hardest thing to do because your enemy is upon you. I just learned these words by now. It's funny when you struggle with yourself, it could be more depressive than struggle with anyone else. The struggle brings a mental disorder, that leads to a serious disease. For me, the case is asthma. Depressive mode, animal fur, dust are triggers for me. This time it was because of the depressive mode. Yes, unfortunately I just learned that lately I was so depressed. I have no one to tell, even my parents. I don't want them to be sad hearing my stories. I would not tell my friends, because the problem is mine not theirs. I need to make peace with myself, my inner soul. I need to learn to forgive my past and start moving on. I need to cut off some people because their presence is a trigger for me. Let live with peace upon us. Love, Nita

Intermezzo: Jika

Jika Nita itu tidak ada, Apakah kalian akan mengganggapnya pernah ada? Apakah kalian akan merindukannya walau banyak dosa yang dia perbuat? Apakah kalian akan berdoa untuknya di sela ibadah? Apakah kalian akan bersyukur atau malah sebaliknya? Jika Nita itu tidak ada, Maukah kalian mengingatnya walau tidak setiap hari? Maukah kalian memutar lagu kesukaannya dan berandai kalian sedang berdansa dengannya? Maukah kalian memaafkannya dengan segala perilakunya? Maukah kalian mengenang semua memori indah dibanding memori buruk dengannya? Jika Nita itu tidak ada, Akankah kalian berharap dia akan ada walau sebenarnya dia tiada? Akankah kalian bersikeras bahwa sebenarnya dia masih ada? Akankah kalian menyesali setiap momen yang terlewatkan dengannya? Akankah kalian senang atau sebaliknya? Terakhir... Jika Nita itu tidak ada, Siapakah yang akan bersuka cita atas kepergiannya? Lalu, Siapakah yang akan berduka cita di sisi batu nisannya?

Intermezzo: Naif atau Bodoh?

Andai dunia itu nggak sesulit yang kita rasakan, ya. Dunia itu nggak baik bukan karena 'dunia' itu sendiri kan? Tapi karena manusianya. Dunia menjadi kejam karena ulah mereka yang tidak bertanggung jawab. Orang-orang yang mengenal saya mengatakan jika ada batas tipis antara naif dan bodoh di dalam diri saya. Terlalu lugu untuk melihat ini semua, tetapi sebenarnya bodoh karena tidak mengerti apa-apa. Saya bersyukur, karena saya dikelilingi oleh orang-orang yang melindungi saya agar tetap menjadi diri saya yang sekarang. Maksudnya, seperti bunga lotus yang tidak akan pernah kotor walaupun hidup di kolam berlumpur. Mereka, teman-teman saya, tetap menjaga saya seperti itu. Namun, ada kalanya saya harus sendiri. Pertemanan itu nggak harus selalu bersama-sama, cukup sirat hati yang menyatukan ikatan pertemanan. Nah, ketika saya sendiri itu lah saya merasa... bodoh. Maksudnya, saya sering melakukan kecerobohan. Mungkin, apa karena saya terlalu dilindungi mereka? "Dia itu adala

Catatan Kuliah (Kami): 5

5 Calmness Skan's Side Dia yang kukenal selama beberapa bulan ini tidak seperti yang kubayangkan. Dia termasuk pintar, cantik, supel, paket lengkap yang sempurna. Tetapi sebenarnya, dia hanya anak yang menderita. Dibalik kesempurnaan yang dilihat orang, dia nyaris tenggelam dengan ketidak sempurnaannya. Aku akhirnya berbaring menatap langit, mengikuti posisinya dia tadi. Dia ikut berbaring di sebelahku. Terpisahkan oleh puntung rokok di antara jarak kami. Dia masih diam, tidak menceritakan apapun kepadaku. Ya, aku juga tidak mau memaksanya. Kalau aku jadi dia, aku juga tidak akan bercerita. Kami terjebak di dalam kesunyian. Masing-masing sibuk berpikir. Aku berpikir, aku tak mungkin meninggalkannya sekarang. Sesekali aku melirik pergelangan tangannya yang penuh sayatan. Orang depresi hanya butuh ditemani atau dia akan melakukan hal-hal yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain. Kalau dia... entah sedang berpikir apa. " You do not have t

Intermezzo: crumbling and tearing

The taller the tree the more wind blows, they said. Work hard until you don't need to introduce yourself, said them too. I am at the 500th step to reach those. It's still million stairs away to be climbed, though. The thing is... they expect too much on me. The perfection that they seek is haunting me. Well, nobody's perfect but they still expect me to be. It's killing me. Once I make a mistake, they will judge me and talking behind my back. And I am not strong enough to take that, almost everyday. I am still a human. I seek for chances to be better and better. The ironic thing is, I am a perfection. A symptom that is already running in my blood. I can't see the world easily. I see things in details. I see people in very tiny details. I read their mind. I smell their gesture. That's why, I am really overwhelmed by the imperfection that I have. The flaws that I don't want people to see it, yet they do. I am afraid. I am afraid of being bu

Intermezzo: as strong as Keanu

Dunia lagi (masih) berkabung dengan meninggalnya Chester, vokalis Linkin Park. Bunuh diri, narkoba, dan overdosis bukanlah hal asing yang kita dengar dari orang-orang panutan kita. Contoh lainnya, Robin Williams. Atau Amy Winehouse. Ada juga Cory Monteith. Siapa yang mengira jika mereka semua akan meninggal secepat itu? Mendahului takdir mereka. Memilih untuk menderita selamanya di dalam siksaan neraka daripada menjalani hidup yang penuh cobaan. Ironisnya, saya selalu merasa orang-orang yang terjebak 'dunia terlarang' ini adalah orang baik yang sebenarnya butuh pertolongan. Mereka butuh dukungan orang-orang di saat masa kelamnya, mereka butuh teman untuk mengingatkan adanya Tuhan YME. Orang-orang ini telah menjalani kehidupan yang berat, penuh cobaan, siksaan, dan tekanan batin. Mereka tidak membutuhkan anda yang hanya bisa menyinyir, karena mereka tahu mereka akan hancur mendengarnya. Satu tokoh yang masih (DAN SELAMANYA) saya kagumi adalah Keanu Reeves. Kisah hid

Catatan Kuliah (Kami): 4

4 When the skies are blue, to see you once again... my love Anya's side Sudah dua bulan aku berkuliah. Masih terasa menyenangkan, semua terasa indah, apalagi karena ada Skan setiap hari (kami berada di kelas yang sama hampir di setiap mata kuliah, yay !!!). Duh, jangan bicarakan Skan lagi, deh! Aku pusing hampir setiap detik aku memikirkannya! Nggak bisa, ya, kalau dia pergi sejenak saja dari pikiranku? Duh, susah ya, tidak memikirkan orang yang berada di kelas yang sama hampir setiap harinya? Karena telah menjadi teman sekelas, kami memang lebih banyak berbincang, berdiskusi, berbincang, berdiskusi... yah, sebatas itu saja. Monoton memang. Akupun merasa bersyukur masih bisa bernapas di hadapannya. Omong-omong, aku baru menyadari jika Skan itu sangat pintar. Jenius malah. Entah mengapa aku merasa iri dengan kepintaran Skan. Dibandingkan aku? Cuih, aku hanya buih di lautan. Dia sebagai lautannya, tentu. Kami sering bertukar opini tentang kasus yang diberikan d

Catatan Kuliah (Kami): 3

3 The beauty in ugly Kikan's side Ini adalah hari pertama kami resmi menjadi mahasiswa. Lebih tepatnya, karena kami baru saja menyelesaikan upacara penerimaan mahasiswa baru. Kalau boleh jujur, aku sangat berdebar-debar menantikan bagaimana rasanya kuliah. Memakai baju bebas, sepatu tidak harus hitam, tidak perlu upacara setiap hari Senin lagi, astaga!!! Aku senang! Aku ternyata sekelas dengan Anya, wanita tinggi menjulang kurus bak model yang jarang kujumpai selama kelas pra kuliah. Kami hanya bertemu dua kali, kalau tidak salah. Aku melambaikan tangan pada Anya yang menoleh ke arahku dan mengisyaratkannya untuk datang menghampiriku. "Anya, habis ini mau kemana?" Tanyaku ketika dia sudah tiba dihadapanku, seraya melepas almamater kampus yang digunakan selama upacara berlangsung. Kelas belum resmi dimulai hari ini. "Hmmm... tidak tahu," jawab Anya yang sudah daritadi melepas almamaternya. "Bagaimana kalau kita ke mall ? Atau m

Catatan Kuliah (Kami): 2

2. When life is full of chemistry Skan's Side Hari itu, aku meminta Piyo mencarikan wanita untukku. Dia yang duduk di sebelah kananku hanya mengangguk-angguk sekilas, seakan-akan berucap, " Bro , kalau ada wanita cantik... pasti sudah gue ambil duluan, lah!" Yup, men. Namun tiba-tiba, Piyo mengguncangkan bahuku seraya menunjuk seseorang yang berdiri di depan kelas. Wanita. Tinggi. Berkacamata. Rambut diikat asal. Pakai kemeja putih. Pakai celana jins biru muda. Pakai sepatu boots . "Tipe lo," ucap Piyo singkat. "Gue nggak pernah lihat dia," kataku bertanya-tanya. "Berarti dia jarang ikut acara di kampus juga, Skan. Sama kaya kita. Datang kalau cuma ada yang penting," jawab Piyo acuh tak acuh. Dia memang sama sepertiku. Jarang datang, tinggi, keren, incaran wanita pokoknya. Aku memerhatikannya dengan seksama. Entahlah... dia memang lumayan. Sekilas dia memang memiliki perawakan yang sama denganku. Sedang apa

Catatan Kuliah (Kami): 1

1 Stupidity Cupidity, why do I have to fall? Anya's side. Namaku Anya, nama lengkapku Karenina Ayu Hatta. Tidak, aku tidak memiliki hubungan darah dengan Mohammad Hatta, jika kalian bertanya. Lahir di Jakarta, anak ketujuh dari tujuh. Semua kakakku sudah menikah dan aku memiliki 12 orang keponakan. Salah satunya hanya berbeda lima tahun dariku. Orangtuaku adalah sepasang dokter, namun mereka sudah bercerai. Kini, aku hanya tinggal dengan ibuku, dan aku hanya akan menginap di rumah ayahku kalau ibu tidak mengijinkanku masuk ke rumah karena pulang telat. Well , jam malamku pukul sembilan, tapi terkadang aku telat 10 menit. Yaaa, Ibuku memang sangat disiplin. Beliau tidak akan memberi toleransi telat. Kata beliau, kalau diumpamakan sebagai seorang dokter, keselamatan pasien tergantung dari seberapa sigap dan cekatan seorang dokter untuk memberi pertolongan. Aku adalah mahasiswi jurusan ekonomi, jurusan yang bertolak belakang dengan jurusan IPA yang kutempuh sela

Catatan Kuliah (Kami): Prolog

Prolog - Her side Karena dia yang membuatku percaya tentang adanya cinta pada pandangan pertama. Tunggu, mungkin lebih tepatnya kagum pada pandangan pertama. Aduh, bukan kagum juga, sih... Bagaimana menceritakannya, ya? Sulit untuk diungkapkan, tapi rasanya, jika ini adalah sebuah adegan film, akan ada cahaya yang menyinari wajahnya ketika aku melihatnya untuk pertama kali. Jangan lupa tambahkan backsound lagunya Enya, atau Claudine-nya Maksim untuk mendukung suasana saat itu. Berlebihan, tapi itulah yang aku rasakan saat melihatnya. Padahal, kami belum saling mengenal saat itu. Kami hanya sebatas dua orang asing yang saat itu tidak sengaja bertapapan. Hari itu, adalah hari pertamaku datang ke pertemuan pra kuliah. Selama ini aku sibuk mengikuti kelas bimbingan belajar dan kelas kesenian di pusat kebudayaan. Karena selalu mangkir, aku tidak kenal siapapun, aku tidak mempunyai teman. Bahkan, teman-teman sekolahku tidak ada yang memilih kuliah di jurusan ini. Di kampus ini

Self note

Tersenyum bukan berarti bahagia. Tertawa bukan berarti ada yang lucu. Riang bukan berarti lapang. Lucu, ketika kehidupan itu sebenarnya diisi oleh banyak ambiguitas. Seakan-akan, ada yang bersembunyi dibalik yang tersembunyi. Kita sampai kapanpun tidak akan mengerti bagaimana kehidupan orang lain. Hati dan jalan pikiran orang tidak untuk ditebak, tapi untuk dipelajari dan dipahami.

The Midnight Whisperer

I wish, I pray, I stay, I love, I keep, and... I hope. But, still... I could not see the path. I am blinded by your soul, and now I'm getting lost. So... Would you lead me?

Asdfghjkl

Ini adalah kedua kalinya gue menghadapi kasus kaya gini. Alhamdulillah bukan terjadi pada gue, tapi dengan orang-orang sekitar gue, well... my inner circle . Gue, yang pada dasarnya kalau udah merasa peduli dengan seseorang, melihat orang yang gue pedulikan itu mendapat perlakuan tidak bernorma, biasanya akan langsung bergejolak. Mudah tersulut emosi, otaknya langsung berpikir bagaimana caranya untuk menghadapi situasi genting dengan cara pintar. Hmm, rasanya langsung mau konfrontasi si pelaku. I am sleeping tiger, said the cat. Gue adalah tipe orang seperti itu. Kalian nggak akan pernah melihat cakar gue kalau kalian nggak mencakar gue duluan, atau mencakar keluarga dan teman gue. Kalian cakar mereka, artinya kalian mencakar gue juga. Bisa dikatakan, I protect them without they even know it . Detik ini, si kucing perlahan-lahan mulai membangunkan harimau yang tertidur di dalam dirinya. Jangankan dicakar lagi, kalau Anda menyentuh saya sedikiiiit saja, jangan harap akan melihat say

Skies, Him, Love

Memandang langit adalah kesukaan saya. Pagi, siang, atau malam, tak peduli kapan dan di mana. Saya selalu kagum dengan awan pagi hari yang tampak seperti goresan kuas, lalu langit senja dengan warna jingganya di ufuk, hingga bulan bintang yang bersinar saat malam.  Memandang langit... membuat saya selalu bersyukur, dan semakin meningkatkan kepercayaan saya terhadap Tuhan. Saya, kamu, kita semua sebagai manusia hanya berupa debu di semesta. Saya baru saja menemukan tempat persembunyian yang tentram. Tempat di mana bisa memadu kasih dengan langit, dengan semilir angin yang sejuk dan menenangkan. Sebenarnya tempat itu sudah lama saya temui, namun baru akhir-akhir ini saya lebih suka "kabur" ke sana.  Rasanya... sangat ingin membawa selimut ke sana, dan perlengkapan teleskop. Hanya untuk berkenalan dengan semua yang ada di atas langit sana. Bintang polaris, sirius, minerva, bintang timur, ingin saya kenal semuanya. Di tempat itu, saya bisa melukiskan wajahnya

Dia

Dia, Adalah yang membuatku paling egois. Karena mendambakan rasa yang bergemuruh. Tidak mampu melawan hanya membuat terlena. Beribu kali kulawan malah jutaan kali dia datang. Dia, Melihatnya saja bagaikan berdiri di antara bunga matahari. Terang, hangat namun sejuk, ya, seperti itu rasanya. Membuat rindu yang selalu menagih, walau benci untuk bertatap. Dia, Mendengar suaranya bagaikan ekstasi. Membuat candu ingin memutarnya berkali-kali. Bahkan dalam bisu dia selalu berbicara di dalam hati. Dia, Bayangannya memenuhi hari-hariku. Siluet tubuhnya dapat kubayangkan di dalam senja. Tawanya dapat kudengar dari angin yang berhembus. Matanya dapat kulihat di langit malam, tepatnya di dalam kuningnya bulan. Aku benci merasakannya namun aku tak bisa berhenti. Itu semua karena, Dia.

Note to Myself

Hanya kamu yang mengenal diri kamu, mungkin juga orang tua dan saudaramu, tapi bukan temanmu. Kamu dilahirkan sebagai "kamu", bukan sebagai "mereka" Kamu berhak untuk menyayangi diri kamu sendiri, dan membuat tubuh kamu bahagia, dibanding harus mendengar ucapan "mereka" yang merubah jati diri kamu. Kalau kamu rasa perubahan yang mereka harapkan membawa kamu ke fase bingung, maka perubahan itu bukan yang terbaik buat kamu. Memang lucu, mereka tidak tahu kamu tapi banyak menyarankan perubahan terhadap diri kamu. Saya rasa, selama kamu tidak melanggar apa yang Tuhan perintahkan dan mensyukuri apapun pemberian-Nya, kamu bebas mengekspresikan diri kamu. Hal lainnya adalah tentang cinta. Sama seperti pembahasan sebelumnya, hanya kamu yang mengenal hati kamu. Orang lain mungkin hanya memberikan sedikit masukan, ataupun mencoba menerka isinya. Tapi intinya, hanya kamu yang bisa menentukan apa yang akan terjadi di kisah cintamu yang selanjutnya. Toh, intinya han

Bintang

Awalnya saya terlalu sibuk menjadi orang lain. Mencari cara agar terus bersaing, karena ingin dihargai. Tidak ingin dipandang sebelah mata, karena ingin berprestasi. Pada akhirnya... saya hanya kehilangan jati diri. Selalu bingung dan hilang kendali. Lalu saya bertanya, "Siapakah saya sebenarnya?" Butuh waktu lama untuk menjawabnya. Perlahan, saya belajar jika setiap orang dijadikan sebagai bintang. Semuanya akan bersinar dengan caranya masing-masing. Tidak perlu berusaha menjadi bintang kejora karena sudah takdirnya kamu seperti itu. Ketika saya menyadari itu semua, Saya kembali menemukan jati diri saya. Apa yang saya suka, apa yang bisa membuat saya sakit, apa yang tidak pantas untuk saya. Ketika saya menyadari itu semua, Tak perlu berlebihan, saya menemukan jati diri. Dengan usaha yang disenangi, Dan tekad untuk merubah kualitas diri, Saya mulai berprestasi. Perlahan... tapi pasti. Ya, perlahan saya menemukan kedamaian di dalam diri sendiri. Karena seb