Memandang langit adalah kesukaan saya. Pagi, siang, atau malam, tak peduli kapan dan di mana. Saya selalu kagum dengan awan pagi hari yang tampak seperti goresan kuas, lalu langit senja dengan warna jingganya di ufuk, hingga bulan bintang yang bersinar saat malam.
Memandang langit... membuat saya selalu bersyukur, dan semakin meningkatkan kepercayaan saya terhadap Tuhan. Saya, kamu, kita semua sebagai manusia hanya berupa debu di semesta.
Saya baru saja menemukan tempat persembunyian yang tentram. Tempat di mana bisa memadu kasih dengan langit, dengan semilir angin yang sejuk dan menenangkan. Sebenarnya tempat itu sudah lama saya temui, namun baru akhir-akhir ini saya lebih suka "kabur" ke sana.
Rasanya... sangat ingin membawa selimut ke sana, dan perlengkapan teleskop. Hanya untuk berkenalan dengan semua yang ada di atas langit sana. Bintang polaris, sirius, minerva, bintang timur, ingin saya kenal semuanya.
Di tempat itu, saya bisa melukiskan wajahnya di langit. Bukannya merasa sedih seperti yang biasanya saya rasakan setiap membayangkannya, saya malah merasa damai dan rindu. Tidak ada rasa ingin menuntut ataupun ingin memiliki, namun hanya semakin kagum dan bersyukur. Saya masih baik-baik saja, itu intinya. Biarkan dia acuh, karena berapa kalipun saya coba... dia telah memenuhi hati saya, setiap detiknya.
Betapa beruntungnya dia. Saya seharusnya membencinya, namun malah sebaliknya ketika memandang langit. Saya... semakin terpikat olehnya. Alhamdulillah adalah kata yang saya ucapkan dalam hati setiap memikirkannya. Setidaknya, karena adanya langit beserta isinya, dia malah menambah pahala karena mengingatkan saya untuk terus bersyukur.
Kita semua hidup dalam cinta kasih yang penuh dalam perdamaian. Hanya masing-masing dari kita, yang mampu merasakan ketulusan dari sebuah cinta. Konteks cinta ini bukan hanya ke pasangan lawan jenis, lho, tapi antar sahabat, anak ke orang tua, saudara, dan lainnya. Dulu, saya bertanya-tanya, "apa artinya cinta dan kasih sayang?". Beribu kali berusaha saya tidak pernah menemukan jawabannya. Dulu, yang saya rasakan hanya rasa sakit, iri, dengki, marah, entahlah... semua hal negatif berkecamuk menjadi satu.
Namun kini saya mulai menyadari, cinta dan kasih sayang tidak akan pernah membuat saya tertekan, karena kedua hal tersebut adalah sebuah bentuk perdamaian antara diri sendiri, orang lain, otak, dan jiwa. Tidak perlu lagi merasa ditinggal, cemburu, sedih, kecewa, marah... karena selama ada ketulusan di dalam proses mencari perdamaian itu, kita akan bahagia.
Banyak yang menyamakan cinta dengan nafsu. Padahal, cinta yang tulus itu tidak seperti itu... maksudnya, tidak obsesif. "Let it be, let it go, let it flow" tidak ada di dalam kamus orang yang menyalah artikan cinta. Coba renungkan diri sebentar, pejamkan mata, dan berdoalah agar Tuhan memberikanmu pengertian cinta yang sesungguhnya. Toh, tidak ada yang paling baik dalam mencintai selain Tuhan, kan?
Intinya,
Jangan pernah berhenti mencintai dan memberi kasih sayang kepada sesama kita. Walau tidak berbalas ataupun dibalas dengan kejahatan, apapun alasannya, janagan pernah berhenti.
Percayalah, jika Tuhan lebih mencintai kita dari siapapun, dan Dia akan memberikan balasan yang indah untuk kita semua.
Comments
Post a Comment