Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Untuk Kamu yang Sudah Pergi

Hari ini tepat kepergianmu, bukan? Tak terasa 4 tahun berlalu sejak kamu pergi karena rasanya kamu masih selalu hadir di dalam hidupku. Kamu tahu? Aku baik-baik saja di sini, walaupun terkadang aku masih mengingatmu. Asal kamu tahu, aku tak pernah berhenti merindukanmu. Wajah tampanmu selalu terbayang di ingatanku, tubuh tinggimu selalu terngiang setiap kali kami membicarakanmu. Sama seperti dulu, aku tidak pernah berhenti menyayangimu. Andai waktu bisa diputar kembali, andai saja ada kesempatan kedua, dan andai kamu berada di sini... di Jakarta, kuharap aku dan kamu dapat kembali dekat. Aku menyesal karena kita tidak pernah terikat secara batin sebelumnya. Ah, buat apa aku berucap seperti itu? Penyesalan memang selalu datang terakhir, bukan? Terkadang penyesalan itu dapat diperbaiki di masa depan.. tetapi ini? Mustahil. Penyesalan ini kian menghantuiku. Kita tidak pernah mempunyai waktu untuk saling mendekatkan diri tetapi aku ingat masa-masa kecil kita. Saat bermain sepak bola al

Masa Lalu adalah Bayanganku. Apakah Kamu Termasuk?

Masa lalu bukan untuk dilupakan, bukan juga untuk selalu dikenang. Lantas buat apa? Masa lalu tidak semuanya indah memang, dan masa lalu yang menyakitkan lah yang membuat seseorang ingin melupakannya. Rasanya sedih, marah, lega, bahagia, entahlah... semuanya berkecamuk menjadi satu. Itu yang aku rasakan tentang masa laluku. Masa laluku tidak seperti masa lalu perempuan lainnya. Disaat para gadis cilik lainnya mampu bercengkrama bersama keluarganya, aku mempertanyakan apa arti keluarga sebenarnya? Apakah sebuah keluarga selalu diciptakan dari hubungan darah? Apakah ikatan batin dapat tercipta dari rasa peduli dan kasih sayang, walau sebenarnya tidak terikat secara darah? Aku berbicara seperti itu bukan karena aku tidak memiliki keluarga. Aku tidak merindukan kasih sayang, karena aku sudah mendapatkan luapan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Aku bersyukur dilahirkan sebagai putri terkecil di dalam keluarga ini, memiliki kedua kakak yang tegas tetapi sangat menyayangiku. Aku tida

Aku sebagai Perempuan

Aku rindu menjadi anak kecil. Dengan keluguannya masih menganggap bahwa dunia itu baik. Berpikir bahwa dunia itu sangat luas, walaupun kenyataannya dunia itu sempit. Tidak membawa tanggung jawab yang kian hari semakin besar. Bebas berlari kesana kemari hanya memakai kutang dan celana dalam, hujan-hujanan seraya menjulurkan lidah dan menatap langit. Toh, orang dewasa tidak akan mencaci. Mungkin mereka hanya menggelengkan kepala melihat kelakuanku. Lalu, bagaimana dengan sekarang? Perempuan harus ini, perempuan harus itu. Perempuan tidak boleh ini, perempuan tidak boleh itu. Mengapa paradigma masyarakat tentang perempuan dan pria itu berbeda? Kecantikan seorang perempuan diidentikan dengan rambut panjang yang tergerai, liuk tubuh yang semampai, struktur wajah yang menarik, hidung yang mancung, kulit putih yang terkadang bersemu kemerahan, gerakannya yang selalu lemah gemulai. Cih, pernyataan macam apa itu. Perempuan memang seharusnya mampu menjaga dan merawat dirinya sendiri, teta

Rape: The Dark Side of Indonesia (lately)

Akhir-akhir ini banyak sekali kasus pembunuhan serta pemerkosaan terhadap para wanita dan anak. Belum reda kasus Yuyun, terjadi pemerkosaan terhadap Eno, pemerkosaan anak SD terhadap adik kelasnya yang masih kelas 2 SD, dan baru saja gue mendengar kasus pemerkosaan oleh guru SMP terhadap anak muridnya di Serang. Ironisnya, ini semua terjadi di negara yang 'katanya' adalah negara Pancasila. Ironisnya, pelaku pemerkosaan adalah mereka yang seharusnya masih menikmati gregetnya tugas sekolah yang menumpuk dan mereka yang seharusnya menjadi pembimbing yang dapat dipercaya. "Wanita tidak akan diperkosa kalau tidak mengundang nafsu," atau "kucing ngggak akan makan kalau nggak dikasih ikan" adalah beberapa kalimat yang sudah tertanam di mayoritas benak masyarakat. Dua kalimat itu menurut gue adalah kalimat ter- shallow yang pernah kalian pikir. Kami sebagai wanita, tidak semuanya sengaja menggoda kalian, para adam. Kesalahan tidak sepenuhnya berada di pihak kami

The Way of an Adolescence Thinks about Love

I honestly don't know what is exactly happening right now. I don't know what I feel. I don't know what I see. I don't know what I hear. Saying "love" is not as easy as it seems. Love is a strong word. A word with a lot of meanings. And one thing that bother me is... it makes me confused with love. Is it really love? Or is it just another crush? (well let's play David Archuleta's Crush). Or... is it a kind of obsession? I see him as if I see my self, as if I stand in front of a mirror. Perfectly reflected, but have different angles. Same but different. A perfect sentence to describe us. As if he's living on North and I'm living on South. We may unite as if we're magnet, but we live seperated too far far away. We see the whole world differently, we live upside down. Is it a reason why do I feel that it's impossible for us to meet? I don't know whether he sees it too or not. I remember that time when we were just sat next to each

How Deep is Your Love

"How Deep is Your Love" is actually a hit from The Bee Gees. I reaaaally reaaaally love this song since I was young. I just realized that my parent used to play their songs (and The Beatles, The Carpenter, Andy Williams, Frank Sinatra, Louis Armstrong) so no wonder this song is really familiar for me. As I grow up, I knew what kind of song this is and I love the lyric. Many singers did covers for this song, such as Michael Buble and Norah Jones. Recently, Calvin Harris did made a song called "How Deep is Your Love" too, but noooo way Mr. Harris. This time you disappointed me. Though the compositions of the song are 100% different. Though his version is good, too. But... no one can replace the purest and strong meaningful lyrics of this. I love playing this song with keyboard, I always sing whenever I hear this song. So here you go, the true masterpiece of "How Deep is Your Love." *** How Deep is Your Love by. The Bee Gees I know your eyes in the morn