Masa lalu bukan untuk dilupakan, bukan juga untuk selalu dikenang.
Lantas buat apa?
Masa lalu tidak semuanya indah memang, dan masa lalu yang menyakitkan lah yang membuat seseorang ingin melupakannya.
Rasanya sedih, marah, lega, bahagia, entahlah... semuanya berkecamuk menjadi satu. Itu yang aku rasakan tentang masa laluku.
Masa laluku tidak seperti masa lalu perempuan lainnya. Disaat para gadis cilik lainnya mampu bercengkrama bersama keluarganya, aku mempertanyakan apa arti keluarga sebenarnya? Apakah sebuah keluarga selalu diciptakan dari hubungan darah? Apakah ikatan batin dapat tercipta dari rasa peduli dan kasih sayang, walau sebenarnya tidak terikat secara darah?
Aku berbicara seperti itu bukan karena aku tidak memiliki keluarga.
Aku tidak merindukan kasih sayang, karena aku sudah mendapatkan luapan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Aku bersyukur dilahirkan sebagai putri terkecil di dalam keluarga ini, memiliki kedua kakak yang tegas tetapi sangat menyayangiku. Aku tidak iri dengan keluarga lain, karena aku sudah mendapatkan keluarga yang kubutuhkan.
Ya, mereka adalah keluargaku.
Yang kupertanyakan sebenarnya bukanlah "mereka sebagai keluargaku", tetapi lebih kepada orang-orang di masa laluku yang rela meninggalkanku. Tak bertanggung jawab dan terlalu egois untuk memikirkan masa depanku. Orang-orang yang tidak bisa kusebutkan siapa di sini, tentunya.
Dulu, aku marah kepada Tuhan. Marah karena tidak bisa menerima nasib-Nya, selalu mempertanyakan apa maksud-Nya aku diciptakan, dan selalu berdoa agar malaikat-Nya segera mencabut nyawaku.
Seiring dengan berjalannya waktu, kurasa aku sudah mulai bisa menerima nasib yang ditentukan-Nya, walau terkadang aku masih merasakan sedih. Apa karena aku masih sangat jauh dari Tuhan, makanya aku mudah merasa seperti ini? Apa karena aku kurang berdoa agar Dia menenangkan hatiku?
Oh, betapa ingin aku memaki mereka, si para pembuat masa lalu. Masa bodoh walau kutahu memaki itu tidak baik. Karena mereka aku selalu mempertanyakan keberadaanku. Karena mereka juga aku selalu hidup di dalam bayang-bayang yang mencekam. Karena mereka aku sulit dan takut akan kasih sayang.
Astaga, aku rasa emosi telah berhasil menguasaiku... lagi.
Comments
Post a Comment