Dia,
Adalah yang membuatku paling egois.
Karena mendambakan rasa yang bergemuruh.
Tidak mampu melawan hanya membuat terlena.
Beribu kali kulawan malah jutaan kali dia datang.
Dia,
Melihatnya saja bagaikan berdiri di antara bunga matahari.
Terang, hangat namun sejuk, ya, seperti itu rasanya.
Membuat rindu yang selalu menagih, walau benci untuk bertatap.
Dia,
Mendengar suaranya bagaikan ekstasi.
Membuat candu ingin memutarnya berkali-kali.
Bahkan dalam bisu dia selalu berbicara di dalam hati.
Dia,
Bayangannya memenuhi hari-hariku.
Siluet tubuhnya dapat kubayangkan di dalam senja.
Tawanya dapat kudengar dari angin yang berhembus.
Matanya dapat kulihat di langit malam, tepatnya di dalam kuningnya bulan.
Aku benci merasakannya namun aku tak bisa berhenti.
Itu semua karena,
Dia.
Comments
Post a Comment