Dalam gelap, seketika mata menjadi buta.
Alunan musik nan lembut telinga telah tuli.
Di sebuah pengungkapan, mulut seolah terjahit bisu.
Dan di dalam perasaan ini, hati seketika bergejolak.
Diam. Tak bergeming.
Merelakan angin mencium raganya.
Hanya mengamati dan menjaga.
Tak berani unjuk diri untuk membela hati yang merana.
Andaikan kelak bumi dan langit berjumpa,
Bertemu di bentangan dunia,
Apa kita dapat berhadapan di setapak yang sama?
Memandang satu sama lain.
Dari dekat.
Menikmati waktu yang sedikit.
Menghargai setiap tatapan.
Peluklah hangat setiap kenangan.
Kecuplah lembut setiap perjuangan.
Biarkan terjadi euforia.
Sorak-sorai yang menggema di seluruh pelosok.
Ketika akhirnya dunia kita dipertemukan.
Comments
Post a Comment