Skip to main content

The Ugly Truth

Orang mungkin mampu memaafkan, tetapi belum tentu dia mampu melupakan rasa sakitnya. Jahatnya, anak kecil sering sekali dijadikan korban.

Pelecehan seksual, dianiaya, dibuang, dan ditinggal oleh orang dewasa yang seharusnya dapat dipercaya oleh si anak yaitu, orang tua. Kejadian itu tidak hanya terjadi di dalam sinetron, karena memang dunia itu kejam. Banyak berita yang membahasnya, kan?

Saya sering mendengar jika seorang anak adalah titipan, anugerah, hadiah Tuhan kepada orang tua. Namun saya sering bertanya-tanya, buat apa seorang anak dilahirkan dari sel telur ibu yang dibuahi sperma ayah jika pada akhirnya si anak tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya? Mengapa Tuhan menitipkan seorang anak ke mereka?

Rasa sakit yang disebabkan oleh orang lain lebih mudah dilupakan daripada rasa sakit yang disebabkan oleh anggota keluarganya sendiri. Karena, anggota keluarga adalah orang yang mau tidak mau selalu bertemu dengan si anak, bukan? Nama keluarga selalu dibawa anak kemanapun anak itu pergi. Mau si anak tinggal di luar negeri atau ngekos, pada akhirnya rasa sakitnya akan selalu ada.

Marah, sedih, kesal, bingung, semuanya terkumpul menjadi sebuah goresan luka dalam yang mustahil untuk disembuhkan. Luka tersebut mampu menjadi sebuah trauma sendiri di masa depan si anak. Dia mungkin memang bisa tersenyum dan tertawa, tapi itu adalah topengnya yang dibuat sepanjang hidupnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, si anak mungkin masih merasakan takut ditinggal, takut untuk mencintai dan dicintai, takut masa lalunya akan kembali terulang.

Jadi pada intinya, anak berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari SIAPAPUN. Anak yang tersakiti sejak dini tidak akan mampu menjadi orang dewasa tanpa rasa sakit yang selalu menghantuinya.

N.

Comments

Popular posts from this blog

Pancasila, Nasionalisme, dan Eyangkung

Mungkin Eyangkung (Eyang Kakung, Kakek dalam bahasa Jawa) benci disebut-sebut sebagai pahlawan. Tapi, memang kenyataannya begitu. Tidak akan ada Indonesia tanpa Eyangkung dan para pahlawan yang lain. Eyangkung saya bernama Eyang Toegijo Kartosandjojo, beliau lahir di Solo pada 17 Agustus 1919. Eyangkung bersekolah di Neutrale H. I. S Solo dan beliau berprestasi di sekolahnya. Karena prestasi itulah beliau dibebaskan dari les persiapab masuk M. U. L. O. dan pada akhirnya beliau berhasil masuk tanpa melalui tes ujian masuk. Sebagai cucu kesekian, saya sangat bangga mempunyai sosok Eyangkung. Karena beliau, saya selalu bersumpah akan membawa nama baik keluarga. Saya nggak mau menjelekkan nama baik keluarga besar, saya nggak mau dibilang, "cucu pahlawan kok seperti itu?" (Walaupun saya ini memang tergolong bandel sih, cuma bandelnya masih sebatas wajar). Walaupun beliau wafat setahun sebelum saya lahir, banyak cerita yang sudah saya dengar maupun foto-foto beliau yang saya l

The Art of Getting By

Hola! Ini mungkin adalah salah satu film favorit gue. Why? Karena pemerannya Emma Roberts sama Freddie Highmore. They're the best entertainers of all time. I watch this move like over a year ago, but still. I can remember it clearly. George ( Freddie Highmore ) is a fatalistic high school senior who is a gifted artist. George is often haunted by the realization that he will die someday. He ceases to complete his homework, as he feels that everything seems meaningless. As a result, he is put on academic probation. The next day, George goes up to the school roof and sees Sally ( Emma Roberts ) smoking. When a teacher comes up, George quickly pulls out a cigarette and takes the blame. Sally meets up with George to thank him, and though George is at first reluctant to talk to her, he soon warms up to her. On Career Day, George meets a young artist, Dustin and is inspired by his thoughts about life. He brings Sally with him to visit Dustin and it becomes appare

Butterfly, FLY AWAY

What do you see? Is it a butterfly? *** Mungkin menurut orang, binatang ini adalah yang paling cute, unyu, dan lovable banget. Tapi menurut gue..... Kupu-kupu sucks. Gue juga ngga ngerti kenapa gue itu jadi takut-jijik-illfeel gitu sama kupu-kupu. Sepertinya itu menular dari kakak gue juga....... Dulu gue sempet takut sama kupu-kupu. Terus tiba-tiba engga takut lagi gara-gara disuruh coba pegang sayapnya sama Mba Tita. Saat itu gue merasa kaya, "Ih wow, sayapnya alus bangeeettt. Jiplak lagi di tangan." Tapi..... ngga tau kenapa rasa untuk menghindari kupu-kupu kembali meruak ke permukaan. Perasaan itu pun masih terbenam di dalam hati gue. Kalo ada yang nanya