Orang mungkin mampu memaafkan, tetapi belum tentu dia mampu melupakan rasa sakitnya. Jahatnya, anak kecil sering sekali dijadikan korban.
Pelecehan seksual, dianiaya, dibuang, dan ditinggal oleh orang dewasa yang seharusnya dapat dipercaya oleh si anak yaitu, orang tua. Kejadian itu tidak hanya terjadi di dalam sinetron, karena memang dunia itu kejam. Banyak berita yang membahasnya, kan?
Saya sering mendengar jika seorang anak adalah titipan, anugerah, hadiah Tuhan kepada orang tua. Namun saya sering bertanya-tanya, buat apa seorang anak dilahirkan dari sel telur ibu yang dibuahi sperma ayah jika pada akhirnya si anak tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya? Mengapa Tuhan menitipkan seorang anak ke mereka?
Rasa sakit yang disebabkan oleh orang lain lebih mudah dilupakan daripada rasa sakit yang disebabkan oleh anggota keluarganya sendiri. Karena, anggota keluarga adalah orang yang mau tidak mau selalu bertemu dengan si anak, bukan? Nama keluarga selalu dibawa anak kemanapun anak itu pergi. Mau si anak tinggal di luar negeri atau ngekos, pada akhirnya rasa sakitnya akan selalu ada.
Marah, sedih, kesal, bingung, semuanya terkumpul menjadi sebuah goresan luka dalam yang mustahil untuk disembuhkan. Luka tersebut mampu menjadi sebuah trauma sendiri di masa depan si anak. Dia mungkin memang bisa tersenyum dan tertawa, tapi itu adalah topengnya yang dibuat sepanjang hidupnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, si anak mungkin masih merasakan takut ditinggal, takut untuk mencintai dan dicintai, takut masa lalunya akan kembali terulang.
Jadi pada intinya, anak berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari SIAPAPUN. Anak yang tersakiti sejak dini tidak akan mampu menjadi orang dewasa tanpa rasa sakit yang selalu menghantuinya.
N.
Comments
Post a Comment