His side...
Rasa merinding apa yang menghampiri gue malam-malam? Paranoid yang gue rasakan mendadak meningkat drastis. Jangan-jangan "mereka" merasa terganggu karena gue gitaran di sini?!?!?! Bodoh, apa yang membuat gue duduk di teras pukul 11 malam dengan gitar, sih?!?!
Tunggu. Ini semua gara-gara dia!! Dasar perempuan sinting, dia hanya merepotkan saja.
Angin malam yang membuat bulu kuduk merinding terasa dingin menyentuh pipi gue, lalu perlahan menjalar ke kepala dan membuat rambut setengah gondrong ini tertiup pelan. Aneh, semilirnya malah terasa hangat. Rasanya seperti seseorang sedang mengecup rindu untuk gue.
Gue menggelengkan kepala keras-keras. Delusi yang gue rasakan mungkin disebabkan oleh rasa paranoid yang berlebihan.
Dia.
Pikiran gue langsung terpusat lagi pada dia, si perempuan sinting, yang memberi hatinya untuk gue. Jika saja dia bisa sadar kalau kami berdua begitu berbeda. Dia tidak akan mampu memahami gue, dan sebaliknya. Namun, harus kuakui, dia cukup tangguh. Bukan tipe perempuan yang bisa menerima kata "tidak" dengan mudah, keras kepala, dan menyebalkan.
Dia digambarkan sebagai sosok perbatasan antara polos dan bego, beda tipis.
Kepekaannya dengan makhluk hidup lainnya memang bagus, tapi dia sangat bodoh dengan urusan hati. Serius, deh. Dia mampu berubah menjadi orang paling naif yang tidak tahu apa-apa jika dihadapkan dengan cinta.
Apa yang dia rasakan untuk gue, sebenarnya? Gue ragu apakah dia paham dengan perasaannya sendiri. Urusan hati saja tidak becus, bagaimana dia bisa jatuh cinta? Ditambah, ke orang seperti gue, orang yang tidak peduli dengan cinta.
Angin malam, bagaimana rasanya jatuh cinta?
Comments
Post a Comment