Saya takut untuk menghadapinya, tapi saya tidak bisa berlari untuk kabur. Bukan tidak bisa sebenarnya, tetapi tidak boleh. Selama bertahun-tahun saya terus berlari tanpa tujuan, mencari kedamaian, namun seiring saya berlari semakin kedamaian itu berlari menjauhi saya.
Saya seharusnya bersyukur karena hidup saya dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dan sayang terhadap saya. Namun, mengapa saya masih merindukan rasa sayang jauh di lubuk hati?
Selama ini saya yakin jika tempaan ini diibaratkan batu kasar yang sedang dipoles agar menjadi berlian yang indah nantinya. Sakit!!! Sering sekali saya merintih kesakitan akibat polesan itu, dan beberapa kali saya berusaha kabur agar tidak dipoles. Pantas saja, berlian itu tak kunjung terlihat. Iya, saya yakin nantinya saya akan menjadi berlian... Suatu hari nanti. Entah kapan.
Dia mengatakan saya tidak seharusnya terus berlari seperti sekarang. Saya harus bertahan di tengah rintihan akibat polesan, apapun yang terjadi. Dia mengatakan saya hanya perlu menemukan diri saya sendiri dan potensi yang ada di dalamnya. Dia tahu saya berpotensi, namun ironisnya saya ragu akan potensi saya sendiri.
Karena dia dan beberapa orang lainnya, saya kembali menemukan sebuah kekuatan. Diibaratkan meja yang sudah kembali tegak akibat ditopang oleh kakinya, kini saya belajar untuk bisa kembali tegar.
Namun ironisnya,
Di saat saya kembali bisa menyusun bagian-bagian diri yang terpisah saya kembali mendengar beberapa kalimat sederhana yang mampu menggoyahkan meja tersebut.
"Saya bertanya-tanya, buat apa sebenarnya kamu dilahirkan?"
"Manusia macam apa kamu? Sepertinya memang kamu tidak pantas untuk dilahirkan."
"Kalaupun kamu adalah manusia, kamu akan merasakan kasih sayang. Tapi bahkan dari pancaran matamu aku tahu bahwa hatimu dingin."
Itu hanya segelintir kecil yang diucapkan dia yang lain. Dia yang sebenarnya adalah pusat dunia, namun dia juga lah yang berperan sebagai lubang hitam bagi saya.
Apakah ini yang namanya proses pendewasaan sehingga semuanya terasa serba salah?
Comments
Post a Comment