Hai, kamu yang di sana.
Aku di sini hanya mampu diam tak bersua.
Mempertanyakan keberadaanmu.
Dan mengharapkan pelukan semu.
Kamu bukan siapa-siapa, memang.
Aku dan kamu tidak lebih dari orang asing.
Hai, kamu yang di sana.
Aku hanya ingin bertanya "mengapa"?
Apa itu sulit untuk dijawab?
Padahal... itulah awal bab.
Aku selalu merasa sendiri.
Tetapi mengapa kamu mampu berdiri?
Hei, kamu yang di sana.
Kapankah kita akan bersapa?
Jika benar ada keajaiban...
Apakah kamu mengingatku? Kuharap, mungkin.
Bolehkah aku merasa dibuang?
Lalu pantaskah aku haus kasih sayang?
Hei, kamu yang di sana.
Dengan wajah di balik layar yang ceria.
Aku tahu kita tak boleh dendam.
Tetapi rasa itu tak pernah padam.
Kamu yang penuh ancaman.
Membunuhku... perlahan.
Hei, kamu yang di sana.
Apakah kamu manusia?
Dengan teganya menelantarkan anugerah terindah.
Lalu... Apa kamu tidak tahu kalau aku lelah?
Sekarang atau nanti...
Aku akan menyerah dan berhenti.
Hei, kamu yang di sana.
Kamu yang tidak punya wibawa.
Nanti, saat tiba waktuku..
Kuharap kamu mengetahui keberadaanku.
Comments
Post a Comment