Setiap orang punya hak untuk dipilih dan memilih, bukan hanya untuk voting pemilu, hal resmi lainnya, ataupun urusan percintaan... Tapi untuk kehidupan.
Ya, kita menentukan jalan kehidupan kita sendiri.
Layaknya kita berdiri di persimpangan jalan, pada akhirnya kita hanya bisa memilih satu jalan; ke jalan tujuan kita atau ke jalan yang menyesatkan kita. Lalu ketika kita tersesat di sebuah jalan kita masih mampu kembali dan memilih jalan yang lain, ah, andaikan kehidupan itu sesederhana seperti memilih jalan.
Kehidupan itu kurang fleksibel.
Ada jalan kehidupan yang merupakan tujuan dan sesuai dengan harapan-harapan kita, namun ada juga jalan yang sebaliknya. Tapi sayangnya, tidak semua jalan dapat kita lalui kembali untuk memilih jalan lainnya, yang mungkin akan membawa kebahagiaan untuk kita. Di dalam kehidupan, kita mau tidak mau harus menerima semua resiko yang sudah menunggu di pelupuk mata.
Setiap orang berhak dipilih dan memilih siapa yang pantas menjadi teman kita ataupun hanya sekedar tahu nama.
Kita semua berkelana, mencari orang-orang yang tepat dan layak untuk kita pertahankan. Beberapa dari kita berjalan bahkan ada juga yang berlari untuk mencari ketenangan dan kesenangan, bukan sebaliknya. Manusia cenderung "mencintai dirinya" sendiri sehingga mereka cenderung berkumpul dengan orang-orang yang "sejenis".
Rasanya....
Saya sudah salah memilih jalan.
Jalan ini terasa menyenangkan dan menenangkan di awal, namun mulai terasa menyakitkan dan membuat gundah.
Entah saya yang aneh karena tidak mampu menyesuaikan diri atau mereka yang memang menjadi biang permasalahan. Kian hari, saya semakin menjadi diri saya yang lain. Diri saya yang selalu merasa kesepian di tengah keramaian, tanpa adanya penopang dengan kobaran api yang membuat saya semangat. Kata orang, jika kita ada masalah sebaiknya kita menceritakan masalah tersebut agar hati kita tenang, dengan harapan orang yang diceritakan mampu mengerti, menenangkan, dan menyediakan bahunya serta mengatakan "saya berada di sini ketika Anda membutuhkan saya."
Saya sudah mencobanya.
Dan beberapa orang memang mampu menjadi orang yang saya harapkan.
Tetapi beberapa orang lainnya?
Hanya mampu menilai saya dari satu sisi tanpa mau mendengar cerita saya. Mereka hanya mampu menilai dengan mengatakan apa yang saya perbuat sudah benar atau belum, tanpa menenangkan dan menemani jiwa ini.
Ibarat cahaya, saya meredup dan pancaran saya sebentar lagi akan padam, dan ketika saya sudah padam... Entahlah siapa yang akan ada di dalam diri saya. Alter ego saya yang belum pernah kalian jumpai, mungkin? Ya, mungkin. Bisa saja saya berubah menjadi sosok asing yang membuat kalian tidak nyaman.
Rasanya...
Ingin saya memutar jalan kehidupan ini, berlari untuk memilih jalan yang satunya.
Apakah saya masih mampu memilih dan apakah saya siap untuk dipilih?
Apakah bijaksana untuk menghapus mereka semua yang hanya menjadi parasit dari satu pihak saja?
Apakah saya masih bisa merubah jalan kehidupan saya?
Ataukah saya harus terjebak di dunia asing ini?
Mampukah saya terbangun dari jalan kehidupan yang kian hari semakin suram ini?
Ah...
Andaikan saya mampu hidup di dunia paralel.
Tentunya, saya tidak akan menjadi seperti ini.
Comments
Post a Comment