Memang menyebalkan rasanya.
Terjebak di sebuah jalan yang tidak mempunyai akhir. Tidak tahu apa yang menanti di sana dan tidak tahu arah. Selalu berputar, berulang, hingga akhirnya tersesat. Optimisme pun mulai meredup dari dalam dirinya, di mana kepercayaan dirinya yang dulu?
Sirat cintanya mulai sirna, cahaya pun meredup, dan sorot matanya hampa tanpa kehidupan. Membiarkan dirinya terbelenggu di dalam siklus yang tetap. Entah lah, dia pun tak tahu di mana dirinya kini berpijak.
Dia... tak tahu bagaimana harus mengekspresikannya. Apakah harus berpura-pura buta dan tuli untuk menghadapinya? Apakah Tuhan menjalankan takdir untuknya seperti ini? Entah lah, apa dia mampu melalui semua rintangan-Nya.
Ingin dia mampu bersikap acuh kepada kerasnya dunia, menghadapi segala cobaan dengan dingin. Tetapi... apa kah itu yang terbaik?
Berkali-kali dia merenung, mempertanyakan akan keberadaannya... Toh, yang dia tahu tak ada satu pun yang peduli terhadapnya. Kehadirannya dari awal tidak diinginkan dan hanya membawa malapetaka. Jadi, tak apa kan jika dia ingin Tuhan untuk merenggut nyawanya?
Selama ini dia sendiri, mencoba tegar...
Tetapi, dia hanya manusia yang suatu saat akan menyerah.
Comments
Post a Comment