Dulu nih, aku kira aku akan selamanya senang minuman yang cenderung manis, teh-teh, atau kopi susu. Tahun 2020, tepatnya ketika lagi kerja untuk sebuah event organizer, aku malah lagi parah-parahnya banget minum kopi susu. Jam kerja yang nggak ketebak, sering lembur namun pagi hari udah harus absen lagi, buat aku setiap harinya selalu minum es kopi susu. Bukan cuma 1 gelas, malah bisa 8 gelas per hari. Hampir setiap harinya selama berbulan-bulan, aku minum es kopi susu dengan dosis yang berlebihan. Aku membutuhkan kafein yang banyak untuk membuatku terjaga, karena sering banget aku sampai rumah selesai kerja jam 00:00 namun jam 08:00 sudah harus standby lagi. Semakin dekat acara, pernah aku baru sampai di rumah jam 02:00 atau jam 03:00, namun jam 06:00 sudah harus sampai di hotel.
Akhirnya, badanku nggak kuat lagi.
Setiap aku minum kopi, badanku gemetar, jantungku berdegup sangat kencang.
Sedih banget, ketika aku harus berhenti minum kopi di saat aku butuh kafein untuk bisa fokus bekerja.
Sejak itu, tahun 2020 hingga tahun 2021 pertengahan, akhirnya aku mulai vacuum untuk minum kopi.
Namun, aku dengar dari bapak-bapak di sekitarku (termasuk bapakku, lol), kopi hitam tanpa campuran apapun justru bagus untuk diminum. Nggak perlu gula, susu, ataupun tambahan lainnya. Murni kopi dan air aja. Akhirnya, di suatu waktu pada tahun 2021, aku mulai menjadi bapak-bapak itu. Aku minum kopi hitam pekat tanpa campuran apapun. Tinggal ditambahin sekotak surya dan korek aja sih ini, hahahahaha.
When life gets bitter, it's the right time to drink your coffee.
Dulu aku pikir, "bah, apa enaknya kopi hitam yang pahit?"
Ternyata pas aku gede, aku sadar, HIDUP LO UDAH PAHIT, NITA -dan somehow, aku memang enjoy minum kopi tanpa campuran apapun. Sekarang, aku bisa ngobrol sama bapak-bapak sambil menyeruput kopi hitamku, dengan mentertawakan humor bapak-bapak (yang menurutku malah lucu. Sereceh dan sedangkal itu humorku).
Aku nggak ngerti kopi sama sekali. Tiap aku minum kopi, aku cuma minta dibuatin kopi hitam aja. Terserah mau kopi tubruk diseduh air panas, es Americano, Long black, atau di warkop pinggir jalan pun. Kalau lagi di kafe, aku minta tambahan espresso lagi.
Si bodohnya aku ini, waktu kerja selama 9 jam per hari, aku pesan americano 1 liter dengan beberapa shot espresso. Selesai kerja, americano-nya abis. Tapi, kali ini aku nggak kaya dulu yang hampir tiap hari konsumsi kopi dalam jumlah berlebih.
Long story short, aku kira aku udah kembali kebal sama kopi.
Tapi ternyata belum, guys.
Aku kembali tremor dan jantungku kembali berdegup kencang, tapi hanya untuk beberapa jenis merk kopi. Balik lagi, mungkin kalau aku mendalami kopi, aku akan lebih tau badanku cocoknya apa.
Terpantau saat ini, hari ini, di saat aku menulis ini, aku masih kebal minum americano-nya Tomoro.
Anyway, intermezzo, ngebahas humor bapak-bapak; aku selalu ketawa terbahak untuk beberapa jokes ini:
Burung, burung apa yang suka nolak? Burung gakgak
Sayuran apa yang dingin? Kembang cold
Gula, gula apa yang bukan gula? Gula aren’t
Nama kota apa yang banyak bapak-bapaknya? Purwodaddy
Susu, susu apa yang selalu telat? Susu kedelay
Roti, roti apa yang suka nyuri? Jambread
Kumis, kumis apa yang bikin salting? Kumiss you
Apa bahasa Thailand-nya bapak-ibu-anak? Leng-khaaap.
Penutup:
When life gets bitter, just sip and tase bitterness in your coffee while hearing dad jokes.
Life is worth living, guys! Salam dari aku yang masih nggak mengerti caranya bertahan hidup harus gimana, karena ironisnya selama masih hidup, emang artinya Tuhan percaya kita masih mampu.
XOXO!
Comments
Post a Comment