Skip to main content

Mt. Salak

Hi.

Malam ini sunyi, hanya ditemani suara jangkrik, dan derasnya air kali yang mengalir.

No. Rumah gue nggak kebanjiran.
No. Gue nggak sejorok itu main di kali Jakarta.

Tapi sekarang gue ada di Gunung Salak. Jadi Eyang punya tanah yang lumayan di sini.. kali ini gue menginap di penginapan keluarga, yang kalau ke halaman langsung berhadapan ke kali (lupa namanya apa)-_- yang masih bersiiih, jerniiih, bisa mandi disitu.

Rasanya bangga melihat Eyang gue bekerja keraa hingga sekarang anak-cucu-cicitnya bisa menikmati hasil jerih payahnya. Bukan sekedar menikmati, tapi juga ikut menjaga.

Gue, sebagai remaja kota, lahir dan tumbuh di Jakarta, yang hampir setiap hari selalu bermacet ria di jalanan, kali ini benar-benar bisa menikmati hidup. Semua penat dari kehidupan sekolah, bisa dilupakan bareng keluarga. Senang rasanya bisa melupakan kehidupan gue, walau cuma sesaat.

Rumah disini dindingnya masih batu bata, jadi merah gitu. Di satu kamar, dibuat ranjang atas dan ranjang bawah. Bukan ranjang tingkat sih, lebih mirip kaya attic kali, ya? Gue tidur di atas bareng sodara gue. Selama ini mungkin kalian melihat gue sebagai sosok yang sangat menjaga penampilan, stylist, tapi kali ini gue cuma pake sweater hello kitty, celana batik panjang, sama kaus kaki, dan sambil selimutan. Disini juga ada tv, tapi tv jadul yang inchinya masih keciiiil banget. Lebih memilih untuk main catur atau kartu, lebih seru.

Gue jarang menghabiskan liburan seperti ini, yang 85%-nya back to nature. Karena faktor kesibukan entah dari gue, Mama, Papa, atau Mba-Mba. Sodara gue udah berkali-kali ke sini, but this is the first time for me. So harap maklum gue terlalu norak-_-

Di sisi lain, gue seperti diajak untuk melihat kehidupan. Melihat tata cara kehidupan disini yang jauh berbeda dari kehidupan gue. Selama ini mungkin gue selalu melihat ke atas, menuntut lebih, padahal orang-orang disini dengan kesederhanaan juga bisa hidup bahagia. Kenapa gue yang sudah memiliki semuanya... fasilitas lengkap... sekolah... merasa selalu meratapi kehidupan gue? Ah, entahlah. Manusia memang seperti itu, kan? Ada kalanya ketika kita membandingkan jalan hidup yang dikasi Tuhan dengan kehidupan orang lain?

*NB: di atas sini, masih ADA indomaret. Cuma satu-satunya. Tanjakannya juga bikin greget!

Comments

Popular posts from this blog

Finger Crossed.

Hari ini tanggal 01 Maret 2013.. Impian dari masa kecil gue semoga akhirnya bisa terwujud. Seleksi AFS keberangkatan tahun 2014 dimulai. Kita udah bisa mulai registrasi. Pendaftarannya dimulai dari hari ini atau besok s/d 14 April 2013 kalo ngga salah. And I have to get my Surat Keterangan Sekolah as soon as possible. Wish me luck!! :(

True Colors

Lagu ini udah ada sejak gue kecil. Gue lupa siapa penyanyi aslinya, tapi yang jelas lagu ini udah di cover banyak orang. Sejak kecil gue seriiiiing banget dengerin lagu ini dimana-mana. Dan gue suka sama lagu ini. Sejak gue masih belom bisa A - B - C, Bahasa Indonesia aja masih ngaco apalagi ngerti Bahasa Inggris, gue suka lagu ini. Lagu ini tuh sesuatu. Dan gue pun akhirnya udah download lagu ini, tapi versi yang dinyanyiin Glee Cast. Terus finally juga udah tau maksud dari lagu ini. Here's the Lyric... You with the sad eyes Don't be discouraged Oh, I realize It's hard to take courage In a world full of people You can lose sight of it all And the darkness inside you Can make you feel so small But I see your true colors Shining through I see your true colors And that's why I love you So don't be afraid to let them show Your true colors True colors Are beautiful like a rainbow Show me a smile then Don't be unhappy Can't remember when I last saw

Two Worlds Collide

So I was listening to this song last night. Pretty old, it was from Demi Lovato's first album, Don't Forget. The lyrics really got me... Well probably, now I'm on Demi's phase back then when she was really insecure with her self... *** "Two Worlds Collide" She was given the world So much that she couldn't see And she needed someone to show her, Who she could be. And she tried to survive Wearing her heart on her sleeve But I needed you to believe You had your dreams, I had mine. You had your fears, I was fine. You showed me what I couldn't find, When two different worlds collide. La dee da dee da She was scared of it all, watching from far away. She was given a role, never knew just when to play. And she tried to survive Living her life on her own Always afraid of the throne But you've given me strength to find home. You had your dreams, I had mine. You had your fears, I was fine. You showed me what I couldn't find, When

Satu Dunia, Satu Tapak, Dua Rasa

Dalam gelap, seketika mata menjadi buta. Alunan musik nan lembut telinga telah tuli. Di sebuah pengungkapan, mulut seolah terjahit bisu. Dan di dalam perasaan ini, hati seketika bergejolak. Diam. Tak bergeming. Merelakan angin mencium raganya. Hanya mengamati dan menjaga. Tak berani unjuk diri untuk membela hati yang merana. Andaikan kelak bumi dan langit berjumpa, Bertemu di bentangan dunia, Apa kita dapat berhadapan di setapak yang sama? Memandang satu sama lain. Dari dekat. Menikmati waktu yang sedikit. Menghargai setiap tatapan. Peluklah hangat setiap kenangan. Kecuplah lembut setiap perjuangan. Biarkan terjadi euforia. Sorak-sorai yang menggema di seluruh pelosok. Ketika akhirnya dunia kita dipertemukan.

Is 'Sorry' Enough?

We are way too far. The days pass as we started to live our own life. Separately. And.... I hate it. I hate to admit that I miss you. I hate to realize that I was actually wrong. If only, We can turn back time. To a year when we first met. I would rekindled us. And now.... It's too late. I need to hide. I need to hide from you as far as possible. I need to hide from this mixed feelings. I need to hide from the fact that.... I am flipped. I am flipped because of you. Your gaze, your laugh, your voice... So mesmerizing I can't even lie. Those memories and my faults keep haunt me. So, before I say good bye.... Shall you forgive me? See you when I see you, my reflection.