Skip to main content

Dear Gendis

A little bit late, sih.
But...

HAPPY BELATED BIRTHDAY, ENCI TER-SA-YANG!

Lo udah tua sekarang, udah legal, keep that innoncence ya.. Jaga diri baik-baik, tetap yang terbaik, jangan malas ngerjain tugas sama PR. Kejar cita-cita lo yang tinggi itu ya, Ndis.

Inget deh, awal kita saling kenal gimana. Masuk di kelas yang sama, dan lo duduk persis di belakang gue. Awalnya gue duluan yang sksd ke lo pas pesatren kilat, padahal kita nggak pernah dekat. Gue minta lo follow gue di twitter, terus lo minjemin hp deh biar gue ngetik username gue. Karena bingung mau sama siapa lagi, gue nempelin lo selama pesantren kilat. Begitu pesantren kilat selesai, kita kaya nggak pernah kenal lagi.

Terus awal kita bisa dekat waktu lo lagi dibantuin Tasha biar jadian sama R. HAHA gue sensor, ya! Inget banget jadian lo itu tanggal bagus banget.
12-12-12. HAHAHA, sebenarnya gue bisa inget karena tanggal itu premierenya film 5Cm sih, Ndis. Gue inget nemenin lo sampe lo dijemput atau bantuin lo nyebrang jalan..

Terus.. pas UH Kimia! Gue paling sebel dicontek waktu gue masih mikir. Lo waktu itu posisinya di belakang gue, dan lo berisiiiik banget sumpah. Nendang-nendang kursi lah, nyolek lah. Gue yang awalnya woles aja lama-lama kan risih-_- Maaf yaa gue waktu itu marah-marah sama lo, pake ngebentak lagi...

EH, ga nyangkanya.. Gue malah sekelas lagi sama makhluk ini di kelas XI dan berlanjut sampai sekarang.

Gendis itu.... partner in crime, chairmate yang sangat songong, pelit buat yang ngga deket tapi nggak pelit kalau udah deket, dan punya suara yang cempreng.

Gendis Sekar Rawadhani.
Itu nama lengkapnya.

Buat yang kepo, dia cantik!
Ini twitternya: @gnds_
Ini ignya: @gnds_
Ini bbmnya: 7EB7BCAD
Buat socmed yang lain, mending tanya langsung. Yang gue inget cuma ini.

Oh, ya, maaf gue nggak bisa datang ke acara lo hari ini ya, Ndis. I'm truly sorry.

XOXO.

Comments

Popular posts from this blog

Pancasila, Nasionalisme, dan Eyangkung

Mungkin Eyangkung (Eyang Kakung, Kakek dalam bahasa Jawa) benci disebut-sebut sebagai pahlawan. Tapi, memang kenyataannya begitu. Tidak akan ada Indonesia tanpa Eyangkung dan para pahlawan yang lain. Eyangkung saya bernama Eyang Toegijo Kartosandjojo, beliau lahir di Solo pada 17 Agustus 1919. Eyangkung bersekolah di Neutrale H. I. S Solo dan beliau berprestasi di sekolahnya. Karena prestasi itulah beliau dibebaskan dari les persiapab masuk M. U. L. O. dan pada akhirnya beliau berhasil masuk tanpa melalui tes ujian masuk. Sebagai cucu kesekian, saya sangat bangga mempunyai sosok Eyangkung. Karena beliau, saya selalu bersumpah akan membawa nama baik keluarga. Saya nggak mau menjelekkan nama baik keluarga besar, saya nggak mau dibilang, "cucu pahlawan kok seperti itu?" (Walaupun saya ini memang tergolong bandel sih, cuma bandelnya masih sebatas wajar). Walaupun beliau wafat setahun sebelum saya lahir, banyak cerita yang sudah saya dengar maupun foto-foto beliau yang saya l

The Art of Getting By

Hola! Ini mungkin adalah salah satu film favorit gue. Why? Karena pemerannya Emma Roberts sama Freddie Highmore. They're the best entertainers of all time. I watch this move like over a year ago, but still. I can remember it clearly. George ( Freddie Highmore ) is a fatalistic high school senior who is a gifted artist. George is often haunted by the realization that he will die someday. He ceases to complete his homework, as he feels that everything seems meaningless. As a result, he is put on academic probation. The next day, George goes up to the school roof and sees Sally ( Emma Roberts ) smoking. When a teacher comes up, George quickly pulls out a cigarette and takes the blame. Sally meets up with George to thank him, and though George is at first reluctant to talk to her, he soon warms up to her. On Career Day, George meets a young artist, Dustin and is inspired by his thoughts about life. He brings Sally with him to visit Dustin and it becomes appare

Butterfly, FLY AWAY

What do you see? Is it a butterfly? *** Mungkin menurut orang, binatang ini adalah yang paling cute, unyu, dan lovable banget. Tapi menurut gue..... Kupu-kupu sucks. Gue juga ngga ngerti kenapa gue itu jadi takut-jijik-illfeel gitu sama kupu-kupu. Sepertinya itu menular dari kakak gue juga....... Dulu gue sempet takut sama kupu-kupu. Terus tiba-tiba engga takut lagi gara-gara disuruh coba pegang sayapnya sama Mba Tita. Saat itu gue merasa kaya, "Ih wow, sayapnya alus bangeeettt. Jiplak lagi di tangan." Tapi..... ngga tau kenapa rasa untuk menghindari kupu-kupu kembali meruak ke permukaan. Perasaan itu pun masih terbenam di dalam hati gue. Kalo ada yang nanya

The Vortex

A year ago Or Tonight Or Tomorrow. You are still the art... To me. Knowing, Meeting, Caring, Loving, Sensing, are like a gift from God for me to feel. It ain't about what you did in return. It ain't about how long that I am here. It ain't about what you think and what I think, or what someone thinks. It is purely because you already absorb every energy that I have. You are the vortex of the most beautiful art. You regain energy from every eyes that adore you. You slowly stole it. And now it is just me in here... as dead as the corpse. Wanting to feel again, but too afraid to be absorbed... again. Lol, this is just me... babling about you.

Self Reflection

I haven't wrote anything. But will try to write... again. 4 tahun yang lalu, gue menuliskan tentang masa-masa menjadi maba  (mahasiswa baru) yang baru saja selesai melaksanakan PKKMB. Hari ini, beberapa teman angkatan 2015 sudah melaksanakan wisuda. Gue belum, semoga tahun depan mendapatkan giliran. Aamiin... Btw , entah mengapa pukul segini memang enak untuk menjadi sendu. Bukan sendu dalam konotasi negatif, tetapi cenderung ke arah positif. Tiba-tiba, jadi mengenang apa saja yang terjadi selama 4 tahun belakangan ini. Masa-masa di mana gue melepas seragam putih-abu, dan menggantinya dengan pakaian bebas. Malam ini menjadi sebuah renungan terhadap diri sendiri, atas apa yang telah dicapai, kesalahan, kebahagiaan, pertemanan, dan lain sebagainya. Katanya, kuliah adalah masa terakhir sebelum menghadapi dunia nyata. Katanya, semakin kita dewasa, kita cenderung menjadi realistis... mematikan cita-cita di dalam diri. Mematikan jiwa anak-anak yang ada di dalam hati.