Skip to main content

Teratai Merindukan Warna

Gue adalah tipe introvert. Cenderung jadi si pendiam yang memiliki banyak teman. Entah kenapa gue seperti ini. Pendiam di kalangan orang asing, namun si gila oleh sahabat.

I'm a freak.

Gue suka gambar dari kecil, bukan manga, tetapi lebih ke doodle, sketch, dan desain baju. Mimpi gue tinggi, dan kebanyakan orang bilang "Nggak mungkin, Nit." Gue suka baca buku dan bisa sampai nangis gara-gara baca novel sedih, kaya My Sister's Keeper contohnya. Ada ya, cewek yang bisa melahap buku-buku? Dari mulai seri empat musim Ilana Tan yang masih tergolong tipis, sampai Angels and Demons yang tebalnya enak banget buat dijadiin ganjelan pintu. Gue juga sukaaa banget sama yang namanya menulis. Mau nulis cerpen, novel, karya ilmiah, sampai blog kaya gini. Mama selalu bilang, "De, Mama punya feeling kalau kamu emang dilahirkan untuk menjadi penulis." Aamiin... (Ma, it's not my purpose sih.. Tapi yaa aamiin...) Banyak orang yang benci menulis dan membaca, tapi gue suka banget sama kedua hal ini. Gue juga suka sama yang namanya olahraga dan bela diri. Badan gue emang kaku, lari juga nggak cepet, badan isinya lemak semua. Gue juga suka sama yang namanya jalan-jalan. Mau ke mall, travelling, atau apapun itu... I love adventure and I wanna exploring anything. Nggak ada kata pegal walopun kaki udah sakit.

Gue nggak pintar, nilai gue rata-rata, tapi ini adalah bakat alami yang mengalir di darah gue. Kurang freak apa coba?

But, I love it for being my self. Sebenarnya, gue merasa tidak cocok dengan lingkup pergaulan gue. Gue, Nita Indra Saphira, dari kecil dilatih untuk tidak mengucapkan kata-kata seperti (maaf diucapin), 'Anjing', 'Babi', 'Tai', 'Monyet', dan beberapa kata serapah lainnya. Agak risih untuk mendengar semua ucapan-ucapan ini. Tetapi, entah karena efek pergaulan, mungkin kadang gue juga suka bersumpah serapah gitu. Nggak di semua hal lah, cuma dalam situasi marah atau kesel.

Kadang gue merasa keberadaan gue nggak diinginkan oleh beberapa orang. Nggak tahu itu cuma perasaan gue, atau memang kenyataannya seperti itu. Gue merasa, akhir-akhir ini gue berubah menjadi sesuatu yang bukan gue banget. Mungkin karena menyesuaikan diri dengan lingkungan, ya? Jati diri gue seakan-akan seperti perahu yang terombang-ambing oleh ombak. Seperti bunglon, yang selalu berubah warnanya.

Mama selalu bilang, "De, kamu harus seperti bunga teratai, ya. Teratai hidup di rawa yang lingkungannya lumpur dan air. Tetapi bunganya nggak pernah kotor. Bunga teratai selalu mencolok di tengah-tengah kegelapan. Kamu harus seperti itu. Jadi contoh yang baik untuk orang-orang. Ngerti sopan santun dan tata krama. Jadi, kalaupun kamu hidup di daerah yang tidak baik, jadilah yang baik. Keluarin semua warna kamu, biar orang melihat kamu apa adanya."

Nah, ucapan Mama memang selalu melekat di pikiran gue. Tapi... ya gitu deh. Akhir-akhir ini si teratai mulai terkena percikan lumpur. Si teratai kebingungan.

Comments

Popular posts from this blog

Pancasila, Nasionalisme, dan Eyangkung

Mungkin Eyangkung (Eyang Kakung, Kakek dalam bahasa Jawa) benci disebut-sebut sebagai pahlawan. Tapi, memang kenyataannya begitu. Tidak akan ada Indonesia tanpa Eyangkung dan para pahlawan yang lain. Eyangkung saya bernama Eyang Toegijo Kartosandjojo, beliau lahir di Solo pada 17 Agustus 1919. Eyangkung bersekolah di Neutrale H. I. S Solo dan beliau berprestasi di sekolahnya. Karena prestasi itulah beliau dibebaskan dari les persiapab masuk M. U. L. O. dan pada akhirnya beliau berhasil masuk tanpa melalui tes ujian masuk. Sebagai cucu kesekian, saya sangat bangga mempunyai sosok Eyangkung. Karena beliau, saya selalu bersumpah akan membawa nama baik keluarga. Saya nggak mau menjelekkan nama baik keluarga besar, saya nggak mau dibilang, "cucu pahlawan kok seperti itu?" (Walaupun saya ini memang tergolong bandel sih, cuma bandelnya masih sebatas wajar). Walaupun beliau wafat setahun sebelum saya lahir, banyak cerita yang sudah saya dengar maupun foto-foto beliau yang saya l...

Art (part n)

The night is becoming my enemy right now. It is collided between what I feel deep in the heart and what I think deep in the mind. I do live in world that is no fairytale exist. Pathethic. Human lives by expecting on someone else, thus they expect too high. When she / he can not be something or someone they wished to be, they get mad. You will be nagged every single hours, hearing those non stop harsh words. Are we wrong for being here? To live in this same world and to breathe the same air? Deep in the mind, I hate to live in this world. I hate to grow up. I hate to have a lot of responsibilities. I just want to be kids again. To play all day long until you run out of air, and just ignore the adults words without getting worry. But in the other side, Lately for the past 6 months, I have found a new inspiration. Of someone that I don't brave to say out loud. Of someone that easily slips to become the new art. He is the most beautiful art, a thing that easily distract me from hi...

dududu

If we were real, Would you feel any bless? Would you give us the chance? Would you stay when I ask? If we were real, Could I feel jealous of the other girl? Could I smile everytime you call? Could I ask you to feel the way I feel? Because if we were real, I would always keep you safe. I would keep you by my side. I would miss to hug you tight. I would make you smile and laugh. Because if we were real, It is like a dream come true. To have someone as strong as I am by my side. To have someone smarter than I am. To have someone braver than I am. Because if we were real, It is like having two alphas become one. United as a double power. United as a one true pairing. United as a one heart.

Welcome 20!

Now I am finally 20. Well my birthday was on last month actually, but I haven't got a time to write about my post birthday here. So... How it feels to be 20? Honestly, it is nothing. Ironically, you feel old yet you are still young. I think now I know my inner peace, how to keep myself sane and steady. It is crazy to remember that last year, when I was 19, I did so many amazing journeys. I made friends and I keep friends. And day by day I know that I already have a love that I always wanted. Surrounded by them who stay in my side, and by the new people who I adore.

Sarkas

Mungkin memang saya yang terlalu baik, saya yang bodoh, saya yang terlalu naif, dan saya yang selalu berpikir optimis. Semua ucapan orang yang memperingatkan agar selalu hati-hati... Saya abaikan. Saya mau tidak mau menerima semua resiko walaupun kini saya tahu rasanya. Dunia itu kejam dan saya seharusnya tahu. Saya seharusnya mendengar setiap rambu yang ditujukan kepada saya. Rasanya? Marah. Sedih. Merasa bodoh. Semua menjadi satu. Saya kini tahu seperti apa diri anda yang sesungguhnya. Anda.... bukan hanya seorang, tapi kumpulan orang yang sejenis. Hah, ternyata, wajah kalian pun bukan hanya dua. Namun terbagi menjadi seratus. Kalian dengan eloknya berganti wajah pada setiap orang. Ternyata, mulut manis kalian tidak semanis yang selama ini saya dengar. Mulut kalian memang manis di depan saya, tapi pahit di belakang saya. Ternyata, kalian bahkan kejam antar sesama kalian. Sangat tidak manusiawi. Lalu, Apakah saya masih pantas menyebut kalian manusia? Kalian senang menyerang ora...