Apa kamu percaya jika seorang pria fiksi ternyata benar-benar ada?
Dia adalah seorang pangeran, dengan tubuh yang tinggi tegap, wajah Eurasian, acuh terhadap sekelilingnya, pintar, namun digilai oleh setiap wanita tanpa dia sadari.
Ya, setiap wanita. Entah yang sangat cantik, sangat pintar, sangat rendah hati, semua jatuh cinta padanya. Namun, siapa sangka titisan malaikat itu sangat naif tentang wanita? Kurasa dia belum pernah menemukan cinta pertamanya.
Hatinya masih sepolos kertas putih dan dia tidak mau mewarnainya. Pangeran memang senang berteman tetapi jarang ada wanita yang berteman dekat dengannya.
Pesona si pangeran mulai merasuki seorang putri.
Namun, apa yang mampu dilakukan si putri yang pendiam? Gadis ini selalu terasingkan di dalam lingkungannya, dia bukanlah pilihan pertama bagi para pangeran. Bukan karena dia buruk rupa, hatinya yang cantik tampak jelas di wajahnya, namun karena dia tidak tahu bagaimana caranya untuk berteman. Wajah putri selalu dihiasi oleh bibir tipis yang tercetak segaris setiap harinya, seungging senyum adalah hal langka yang pernah dia lakukan. Terkesan angkuh dan sombong, tetapi sebenarnya putri itu selalu merasa sendiri dengan hatinya yang rindu kasih sayang.
Perlahan, takdir akhirnya mempertemukan mereka kepada satu sama lain.
Perlahan, si putri semakin jatuh hati pada si pangeran. Entah karena apa dan tak tahu apakah perasaannya berbalas. Perlahan, putri itu mulai bisa tersenyum.. Mereka berdua berteman, bahkan si putri mulai menikmati kehidupannya. Hanya pangeran yang mengajaknya berlari menuruni bukit penuh bunga, berkuda mengitari kebun apel, dan membuatkannya mahkota dari ranting pepohonan.
Ya, hanya pangeran yang mampu membuatnya tersenyum.
Ya, hanya pangeran yang berhasil mengubahnya menjadi sosok yang ceria, murah senyum, dan senang tertawa. Siapa sangka tersembunyi gadis manis dibalik wajah galaknya?
Amor platonicus, itu tanggapan orang-orang terhadap mereka. Mana ada seorang pria dan wanita mampu berteman tanpa ada perasaan yang tumbuh di salah satu pihak?
Putri tahu, pangeran adalah mimpi indahnya yang tak akan pernah terwujud. Putri dan pangeran hanya mampu menjadi sebatas sahabat, tak lebih.
Untuk yang kedua kalinya, takdir kembali mempermainkan mereka. Pangeran dan putri terpisah jauh karena harus memimpin daerah kekuasaannya masing-masing.
Si putri selalu memikirkan si pangeran di waktu senggangnya, menatap kosong lautan dari balkon kamarnya, berpikir apa yang tengah dilakukan si pangeran di ujung sana. Si putri tidak berani untuk menanyakan kabarnya, karena hanya akan membuatnya terisak akan rindunya. Apakah pangeran sedang memikirkannya saat ini? Tak ada yang tahu.
Tahun demi tahun berlalu, dan takdir belum mempertemukan keduanya. Lagi. Keduanya kini telah dewasa, namun si putri masih terngiang akan sahabat tersayangnya.
Kapan mereka akan bertemu?
Entah, siapa yang tahu.
Si pangeran, pesonanya tak pernah usang.
Comments
Post a Comment